
MoMMee.org – “When it comes to toilet training, some kids take a week, others, a year…”,
Nyimak diskusi dari mahmud mahmud yang lebih dulu menjalani fase ini, dengan entengnya saya mengira perjuangan toilet training hanya akan memakan waktu sekitar 2-3 minggu. Ternyata, oh ternyata, abang Umar memberi saya ujian istimewa dengan menyita hampir 8 bulan sampai Ia betul-betul lulus, ‘diapers free’.
#1 Kapan Anak Siap?
a) Tanda kesiapan fisik :
b) Tanda kesiapan perilaku :
c) Tanda kesiapan kognitif
Panjang dan kompleks sekali daftarnya 🙈
Dan saya sendiri mengalami beratnya memuLai proses latihan toilet abang yang kondisinya ; amat ‘nyaman’ dengan popok kotornya, BaK hampir per 15-20 menit sekali, dan hampir tidak pernah ngeh dengan kondisi tubunhya yang sedang BaK/BaB, alias ‘blass’ gitu ajah 😂
#2 Menyusun Strategi
– kapan kita akan memulai?
kapan anak kita siap memulai latihan? Jika belum siap, bagaimana langkah menyiapkannya?
Pun tidak ada jaminan proses akan berjalan lancar pada anak yang betul-betul siap. Setidaknya dari melihat tanda-tanda kesiapan yang sudah & belum muncul, ibu bisa memperkirakan tingkat kesulitan dan tantangan yang akan dihadapi selama prosesnya. Mengetahui tanda kesiapan penting untuk menentukan target pencapaian selama latihan, agar tetap berekspektasi secara rasional terhadap kemajuan anak. Anak yang menjalani latihan ketika sudah siap secara fisik, kognitif, maupun perilaku, tentu akan relatif lebih lancar proses latihannya dibanding anak yang masih belum siap.
– bagaimanakah kita bereaksi kecelakaan terjadi?
Ini tentang cara kita cooling down saat menghadapi kecelakaan kecelakaan saat latihan yang tak bisa dihindari?
– perlengkapan apa saja yang perlu disiapkan? Perlukah mengondisikan ruang bermain anak agar dekat dan mudah aksesnya ke kamar mandi?
– perlukah reward selama proses? Bagaimana bentuk apresiasi kita jika anak mencapai satu kemajuan?
#3 Whoossssah, Persiapan Mental
Setelah memastikan kita mempersiapkan diri, situasi, perlengkapan dan pengondisian lain yang dibutuhkah; beberapa hal berikut –sependek pengalaman saya—- amat membantu bersikap lebih fleksibel dan ‘nrimo’ saat menghadapi dinamika latihan :
a. Tidak menjadikan pencapaian orang lain sebagai pembanding
b. Memastikan anak dan ibu tidak sedang berada dalam kondisi yang sulit
c. Menjadikan tekanan dan hukuman mendominasi latihan
Sikap ibu yang memaksa, baik fisik maupun verbal, hanya akan menjadikan anak tertekan dan makin sulit untuk mengontrol otot-otot berkemihnya, boleh jadi malah membuat anak sering mengompol atau malah konstipasi karena stress. Berilah apresiasi atas pencapaiannya, sekecil apapun itu di mata kita. Dan melapangkan hati ketika ternyata proses harus terhenti sementara atau malah berjalan mundur. Semakin keras kita melatih, semakin sulit proses berjalan.
Sumber :
babycenter.com/0_potty-training-readiness-checklist_4384.bc