
MoMMee.org – Mulai 1 Desember 2014 kemarin, pemerintah menetapkan agar makanan lokal dari hasil tani dijadikan sebagai snack wajib di semua instansi pemerintahan. Salah satunya adalah singkong. Menurut bapak menteri Kemenpan Pak Yuddy Chrisnandi, salah satu manfaatnya adalah untuk membantu petani lokal sekaligus untuk memangkas biaya rapat aparatur negara. Hmm, kebijakan yang unik dan patut diapresiasi. Nah mommees, bagaimana kebijakan kita sendiri terkait makanan di rumah, seberapa sering pangan lokal terhidang di meja makan kita? Anyway, mari sedikit kenalan dengan singkong yang murah meriah ini!
Singkong (Manihot esculenta) adalah salah satu sumber karbohidrat lokal terbesar setelah padi dan jagung. Kandungan utamanya adalah pati, kemudian serat dan sedikit glukosa. Inilah salah satu kelebihan singkong, kadar gulanya lebih sedikit sehingga kita tak perlu khawatir gula darah berlebih. Singkong biasa diolah dengan direbus untuk langsung dimakan, namun berbagai macam olahan singkong bisa kita temui di sekitar kita.
Thiwul dan gatot, pernah dengar jenis makanan ini? Kalau mommees orang jawa dan suka mudik, biasanya jajanan ini masih banyak dijual di pasar-pasar, harganya pun amat murah. Kedua macam makanan ini berbahan dasar singkong, namun dengan tekstur kenyal. Itu karena terdapat fungi dan bakteri yang ‘melunakkan’ singkong selama proses penjemuran siang-malam.
Lalu ada keripik, tape, peuyeum, tepung tapioka, tepung kasava, dan yang sedang populer saat ini yaitu mocaf atau modified cassava flour. Mocaf dibuat dengan proses fermentasi sebelum pengeringan. Sudah banyak pengusaha kue yang menggunakan mocaf sebagai bahan dalam pembuatan kue. Mommees sendiri mungkin juga pernah, atau malah sering membuat kue dengan mocaf?
Sekian perkenalan singkat kita dengan singkong ya mommees. Untuk yang belum terbiasa makan makanan lokal, jangan ragu untuk mencoba dan menjadikannya sebagai salah satu menu harian kita. Selain menyehatkan, siapa tahu strategi berhemat ala pemerintah bisa sukses kita tiru di rumah.(*)