
MoMMee.org- Alhamdulillaahirrabbil’alamiin, kulwa Momme ke-1 telah terlaksana 1 Maret 2018. Kulwa kali ini menghadirkan seorang ibu rumah tangga luar biasa, Silvia Noviyanti, yang dalam kesibukannya dengan 3 orang anak, ternyata beliau juga terjun ke masyarakat untuk turut serta mengelola kegiatan anak-anak di sekitar rumahnya. Passion terhadap dunia bermain anak membuatnya tergerak untuk mewarnai lingkungannya dengan membentuk klub bermain anak.
Tentang Kiyanda Lead Club. Awal terbentuknya klub ini karena keinginan berkumpul bersama teman-teman Mba Silvia, teman-teman yang sekarang masing-masing sudah mempunyai anak. Ide awalnya adalah playdate untuk anak mereka. Ibunya bisa temu kangen dan saling berbagi cerita, anak-anak pun bisa bermain. Kegiatan yang dilakukan saat pertemuan perdana adalah membuat cookies. Anak-anak pun diikutsertakan dalam proses memasak. Ternyata ini membuat Mba Silvia ingin mengadakan kegiatan serupa secara rutin dengan melibatkan teman-teman dekat sehingga akan membawa manfaat yang lebih besar. Sederhana pemikiran Mba Silvia dan temannya, supaya anak punya sensasi “repot tapi happy” dalam kegiatan masak dan dengan biaya yg juga bikin ibu happy.
Lalu, mulailah Mba Silvia dan teman merutinkan fun cooking ini. Infonya mulai disebarkan ke tetangga dan teman komunitas. Begitulah, setiap bulan berjalan, santai dan happy. Dalam setiap aktivitas, mereka menyelipkan nilai baik; nilai leadership, adab, dan nilai tauhid. Jadi, sambil menjalankan peran ibu membersamai anak-anak, Mba Silvia bisa membersamai anak-anak lain. Berdasarkan pengalaman, mengadakan fun cooking dengan 3 balita di rumah vs 10 anak fun cooking di rumah, effort repotnya tetap sama. Sedangkan nilai amal jariyahnya, insya Allah lebih besar yang 10 anak. Beliau bersyukur karena suami memiliki pemikiran sejalan. Jadilah mereka menjadi keluarga yang mempunyai visi berbagi ilmu dengan bahagia. Dalam aktivitas kemasyarakatannya, Mba Silvia terlebih dahulu berdiskusi mengenai “jadwal” beliau di lingkungan kepada sang suami. Kegiatan di lingkungan yang diikuti seperti misalnya arisan di pekan ke-1, kegiatan klub anak di Sabtu pekan ke-2, taklim di sore hari pekan ke-1 dan pekan ke-3, Sabtu-Ahad pekan ke-4 berkegiatan pagi sampai sore. Jadi, kalau suami atau anak-anak mengajak berkegiatan di luar, maka Mba Silvia dan keluarga sudah sepakat di Ahad pekan 2 dan 3.
Sampai saat ini, suami Mba Silvia mendukung kegiatan kemasyarakatan Mba Silvia. Ini dikarenakan sejalan dengan passion Mba Silvia, yang juga berimpact positif kepada dirinya. Juga sejalan dengan visi keluarga, menabung amal jariyah. “Jika kamu tidak menghabiskan waktumu untuk kegiatan positif, maka kamu akan dihabiskan sia-sia dengan kegiatan negatif tak bermanfaat”. Selain itu, menurut Mba Silvia, kegiatan ini juga sejalan dengan peran madrasah bagi anak-anaknya. Anak-anak dibawa ke kegiatan klub anak, sehingga mereka juga bisa merasakan manfaat dan gembira. Suami Mba Silvia berpesan untuk tetap mendahulukan tugas sebagai madrasah bagi anak-anaknya sendiri jika ditemukan jadwal bentrok dengan jadwal di lingkungan. Tantangan yang Mba Silvia rasakan sejauh ini adalah dengan urusan domestik. Kalau banyak kegiatan keluar, sementara anak-anak di rumah, maka PR membersihkan rumah yang berantakan semakin banyak. Mau tak mau harus mengambil waktu lembur mengerjakan urusan domestik. Hal lainnya, karena badan sudah terlampau letih, membuatnya tak berdaya untuk memasak, sehingga memilih membeli makanan saja.
Tentang Klub Anak Sholeh Diamond 1. Mba Silvia merasa bahwa secara tak sadar beliau sudah membangun personal branding di lingkungannya sejak Kiyanda Fun Cooking 2015 terbentuk. Selain itu karena partisipasinya dalam kegiatan di lingkungan seperti taklim, arisan atau kegiatan lain di lingkungannya. Mba Silvia dipercaya untuk menghandle acara Pawai Ramadhan 2016. Mba Silvia menuturkan, dirinya dikenal dan “muncul” di lingkungan sebagai warga yang suka membuat kegiatan anak-anak. Anak-anak juga orang tua di lingkungannya dilibatkan secara aktif dalam kegiatan Ramadhan. Ini berlanjut dengan terbentuknya taklim untuk anak-anak di komplek. Maka jadilah klub anak sholeh bulanan, junior dan senior, alhamdulillah berjalan sampai sekarang.
Tentang klub anak diamond 1. Nah, karena club anak sholeh sudah berjalan rutin dan anak-anak happy, tahun ini Bu RT yang baru meminta Mba Silvia supaya membuat “klub anak diamond ” yang bisa diikuti oleh anak-anak semua, bukan muslim saja. Lalu jadilah klub anak diamond 1 di tiap bulan (ada klub berkebun, klub memasak, klub seni, dan klub permainan tradisional), dengan mengikutsertakan ibu-ibu tetangga juga.
Tentang poktan pendidikan dan klub anak di 14 RT di lingkup RW 10. Bu RW di lingkungan Mba Silvia, yang kebetulan pernah menjadi Bu RT di tahun sebelumnya, ingin “mengadopsi club anak sholeh” ke RT-RT lain. Maka jadilah Mba Silvia dimasukkan ke poktan pendidikan RW dan menjadi penggiat klub anak di 13 RT lain di lingkup RW10 ini. Mba Silvia sangat bersyukur atas apa yang telah Allah atur untuk setiap urusan-urusan yang dijalani. Bagi Mba Silvia, inilah jalan dari Allah untuk menjalankan misi penciptaan beliau di dunia, beramal jariyah, menebar ilmu bermanfaat, dan menyampaikan risalah Rasulullah. Dokumentasi kegiatan RW10 Ratujaya bisa dilihat di http://rw10ratujaya.blogspot.co.id/?m=1
Di akhir penyampaian materi, beliau menuturkan bahwa setiap individu diberikan jalan yang berbeda. Akan tetapi, insya Allah tujuan akhirnya sama, ridha Allah. Tujuannya sama, rahmatan lil ’alamin. Impiannya sama, bahagia di akhirat nanti. Beliau mengatakan bahwa kita tak tahu amalan apa yang diterima Allah, kita pun tak tahu amalan apa yang menghanguskan jerih payah kita. Yang hanya bisa kita lakukan, just do it, just pray it, just tawakkal.
Sesi Tanya Jawa
Mba Dea, Cikumpa
Uni, ku mau tanya, respon dan tanggapan keluarga besar (orang tua/ mertua) gimana? Kadang-kadang suami sudah oke sama kesibukan, tapi orang tua / mertua yang harus dipahamkan.
Jawaban : Tangggapan orang tua, ibu saya, happy aja. Karena cucu nya jadi banyak teman, bisa belajar juga dan anaknya bisa mengaplikasikan ilmunya waktu kuliah dulu. Tangggapan mertua, mertua juga jauh, tapi pas kesini, pas kemarin itu ada playdate bikin cincau. Nenek ngeliat cucu nya bikin cincau, dan nyobain. Senang aja. Point-nya cucu nya ga terbengkalai. Makany saya lebih memilih menggendong Ihsan sambil posisi teko, sambil mandu kegiatan anak-anak daripada Ihsan ditinggal di rumah. Pun ya, misal suami atau anak mesti ditinggal, pastikan sudah disiapkan makan dan mandi.
Mba Nina, Depok
Perkenalkan saya nina dari Depok. Saya mau tanya ya Uni. Sepertinya passion yang sama dengan Uni, membuat klub anak-anak di rumah, tapi saya baru 6 bulan pindah ke lingkungan yang sekarang. Bagaimana cara memulainya? Apakah sebaiknya perlu ada tim? Karena saya punya 3 anak balita semua plus LDRan sama suami dan ga ada ART jd kadang kelimpungan kalo ada banyak anak-anak yang main, padahal seneng.
Jawaban : Mba Nina, I feel you. Sebelum tinggal di tempat skrg,sy sempat mengontrak dulu. Di daerah baru, dalam keadaan hamil dan punya balita 6 bln, sambil NWP pula. Kanan kiri ga kenal,dan semua pintunya ditutup, ibu pekerja hampir kebanyakan. Dan akhirnya saya sempat depresi saat itu.shg sy memutuskan konsul. Suami sering dinas luar,sendiri di rumah. Karena ga terbiasa dikungkung di rumah tanpa aktivitas keluar selain beli sayur. Poin hikmah yang saya petik adalah manusia fitrahnya bersosial,maka mari kita main ke tetangga biar tetap waras.
Bagaimana cara memulai? Personal branding dulu. Deketin Bu RT, dengan cara ikut arisan RT. Kalau ada kegiatan 17 Agustus ikut. Ikut hadirin dulu, sambil kenalan, senyam senyum. Ntar lama-lama bantuin beberes piring, sambil anak kita udah bisa main sama anak tetangga juga kan karena sudah kenal. Ntar lama-lama, ajak anak tetangga main bareng di halaman rumah. Karena anak kita balita ya, main yg simpel aja. Gelar tikar, keluarin lego. Udah. Main bareng. Ntar lama-lama anak-anak jadi banyak yang main, rumah kita sudah dikenal jadi posko main. Seiring kita rajin ikut arisan, taklim, kita kan makin dikenal. Jadi, nanti pas kita memunculkan ide kegiatan, ibu-ibunya bisa welcome, ga kaget lagi. Tapi ya harus sabar. Ikuti ritme nya natural. Niat baik disalurkan, meski tidak menggebu- gebu. Dengan ahsan.
Tentang tim, senyaman nya kita. Saya wktu awal Kiyanda Fun Cooking belum bisa ajak ibu tetangga jadi tim. Jadi saya berdua aja sama teman. Dia yang jadi chef nya. Saya yang manage anak anaknya. Kalau Club Anak Sholeh Diamond dan klub anak, saya ajak ibu-ibu di RT sini jadi tim.
Mba Susan, Melbourne
Waktu awal ingin menjalankan ide ini ke lingkungan, ada perasaan ga pede kah? Cara mengatasinya gimana?
Jawaban : Kalau ga pede, ga. Karena mungkin saya sebelumnya menjalankan Kiyanda Fun Cooking itu lebih dari setahun, jadi udah terbiasa mungkin ya. Awalnya canggung iya, momen nya pas diminta handle pawai ramadhan itu. Ibarat anak baru gitu, tapi alhamdulillah, saya mulai dekat dengan 2 orang tetangga yang sama sama ikut taklim. Jadi ga grogi grogi amat. Supaya pede, tetap cari backing-an. Tetangga yang nyaman dengan kita. Lebih bagus lagi kalau deket dengan Bu RT atau ibu-ibu di taklim. Dan mindset kita : “Anak tetanggaku yo anak ku juga. Karena need a village to raise a child“. Pendekatan personal ceunah.. Kayak di buku Abbas Asisi bagus. Oya, tempat meet up paling bagus juga kalau kita jadi warga baru tempat mamang sayur. Lumayan untuk senyam senyum kenal wajah.
Mba Azizah, Palu
Kebetulan beberapa bulan ini anak-anak saya homeschooling kan dirumah, kadang teman-teman sekolahnya datang ke rumah untuk bermain, tapi saat bermain, kadang anak-anak saya tiba-tiba marah ke temannya bila ada yang tidak senang dihatinya. Setelah itu teman-temannya tak datang lagi. Bagaimana cara mengatasi anak-anak yang tiba-tiba tantrum saat bermain. Bagaimana seorang ibu bisa mengatasi emosi pada anak, agar tetap waras?
Jawaban : Wa’alaikumussalam Mba Azizah. Hm, saya belum pengalaman. Tapi pernah pengalaman yang kebalikan. Temannya ada yang tantrum pas main ke rumah. Saya akhirnya ajak anak itu curhat. Mungkin bisa ajak anak Mba curhat juga. Kejadiannya apa, perasaannya bagaimana, bagian mana yang paling bikin kesal, baiknya menurut dia bagaimana, pendapat dia ternyata ketika temannya ga mau datang lagi.
Kadang-kadang, anak-anak itu sangat amazing untuk bisa cepat memaafkan dan melupakan, dengan cara yang ga kepikiran. Kalau ‘nyontek’ ilmu dari Mba Dea, saat yang asyik untuk curhat dengan anak, berdua, antara lain
- Pas sesi makan bareng, bisa di rumah atau makan di luar.
- Pas sesi berkendaraan.
- Pas kita memberi hadiah.
Itu waktu yang ajib untuk momen curhat dan memasukkan nilai. Kalau dia tantrum ketika bermain, mungkin kita bisa ajak dia ke kamar sebentar. Puk puk punggungnya. Terus tanya ada apa, ada yang bisa kita bantu. Maunya baiknya gimana.
Cara mengatasi emosi pada anak. Ini pe er saya juga nih. Tapi belakangan saya merasa agak reda, karena bantuan suami. Anak saya perempuan, 7 tahun, emosi nya suka meledak juga. Ternyata terapinya bersepedaan berdua bersama ayah. Atau main apa kek atau ngobrol bareng dengan ayah. Pokoke berdua dengan ayah. Itu resep dari psikolog di sekolahnya. Jadi anak-anak, kadang sisi emosi meledaknya banyak karena ketumpahan dari ibunya. Jadi untuk menyeimbangkan, si anak di dekatkan dengan figur ayah yang stay cool. Terus kalau mau ngomel, ngomelnya ditahan sampai suami pulang. Pas suami pulang, nyerocos ngomel deh, tapi pake prolog dulu “Ayah, bunda mau ngomel. Dengerin aja ya, ga usah ditanggapin. ” itu saya.
Kalau Ustadzah Yoyoh allahyarham, tipsnya banyak-banyak bayangin wajah anak kita pas baca doa “allahumma innaka ta’ lamul qulub..dst’, pas anak ‘ bertingkah’ jangan baca istigfar,tp baca laa haula wa laa quwwata illa billah. Gitu katanya. Tapi ini juga pe er besar bagi saya. Oya, saya juga kalau lagi “panas”, malam-malam makan es krim/ minum yoghurt sendiri. Mewaraskan diri.
Mba Ita, Bekasi
Assalammu’alaykum wr wb. Jazaakillah Mba Sita atas kesempatanya. Nama saya Ita Marlina dari bekasi, yang saya mau tanyakan, apakah ada pengkategorian umur atau gender untuk kegiatan seperti fun cooking dan lain-lain (maaf tidak hafal)? Bagaimana dengan pendanaan untuk kegiatan tersebut. Jazakumullah khoiron.
Jawaban: Waalaikumussalam w.r. wb.
Tentang pembagian umur. Kalau yang fun cooking ga ada Mba, tapi saya bataskan jumlahnya 15 anak untuk usia mulai 4-11 tahun. Kalau klub anak sholeh iya, dibagi, yang junior 4 tahun- 2 SD, yang senior 3 SD – 6 SD. Kalau klub anak diamond (umum, campur dengan non islam) – tidak ada pembagian. Tapi kita ada ber-4, tim ibu-ibunya yg handle. Kalau yang klub anak di RT-RT lain, ada yg gabung ada yang misah. Tergantung kesiapan tim.
Tentang pendanaan
- Fun cooking: dilempar ke peserta dengan biaya sesuai menu. Misal, menu dimsum ayam. Rp15,000 per anak. Menu sate lilit bali/ pepes ikan: Rp40,000 per anak. Tapi tidak lebih dari Rp50,000 per anak.
- Klub anak sholeh- tidak dikenakan biaya. Cuma ada beberapa orang tua yang infaq. Tempatnya juga berganti-ganti sesuai ibu-ibu taklim yang bersedia rumahnya ketempatan.
- Klub anak diamond RT, dananya dari RT Rp200,000 per bulan (sudah termasuk konsumsi).
- Kalau RT lain, ada yang dilempar ke peserta.
Tapi yang saya rasakan, mungkin karena ikatan emosional dengan ibu-ibu disini sudah kuat. Jadi ada aja gitu yang mau support untuk kegiatan klub anak. Ada juga event sebagai project anak-anak club anak sholeh, dana dari anak-anak sendiri yang cari, nyebar proposal ke warga.
Mba Syifa, Serpong
Pertanyaan pertama, sama seperti Mba Susan. Bagaimana cara mengatasi pergolakan batin “Gimana kalau menurut mereka gak menarik?” atau zonk. Mereka lebih suka main sepeda dan lari-larian daripada duduk tenang mendengarkan. Pertanyaan kedua, tips mencari materi yang bisa diaplikasikan kepada anak laki-laki dan perempuan.
Jawaban :
- Makanya kita perlu pedekate ke anak anak dulu. Mereka senengnya apa. Untuk klub anak diamond 1, PDKT saya, saya sering main ke taman sore-sore. Ngobrol sama anak-anak. Sehingga kita dekat dan mereka nyaman memanggil sy ” Tante Silvi “.
- Untuk klub RT-RT lain lingkup RW, sebelum memilih kegiatan Poktan pendidikan kumpulin data anak-anak warga dulu. Minat nya apa, waktu luang nya diisi apa, silaturahim ke semua Bu RT untuk tanya kondisi, gaya anak-anak. Supaya kebayang need dan celah nya apa.
Variasi kegiatan penting. Moto club anak sholeh : “Belajar Islam happy bareng teman”. Jadi yaa musti happy. Wajib ada games. Hikmah disampaikan di akhir atau diselip-selip. Musti cari- cari ide memang atau tanya ke anak-anaknya, mau ide apa bulan besok. Atau tanya ibu-ibu. Tips mencari materi adalah banyak-banyak browsing dan intip buku. Ga musti yang mahal. Insya allah yang di sekitar bisa dimanfaatkan. Tapi poin yang pasti: anak anak itu suka untuk dipercaya dan diberi kesempatan. Jadi kegiatan proyek-proyekan gitu pada seneng. Oya, banyak nguping dan nyontek ide ibu- ibu di komunitas juga bisa. Bermain yang tradisional seperti main galasin, main patok lele. Anak-anak sekarang pada ga bisa. Main tali, main bekel, main kelereng kmarin pada seneng banget. Jadi, ketika kita risau dengan ‘anak anak sekarang games addict atau gadget mulu’ maka mau tak mau, kita harus carikan alternatif pilihan kegiatan untuk mereka. Yang akan membuat kita lelah memang, panas, rempong, rumah berserakan. Tapi, itu lbh baik daripada kita cuma sekedar melarang tanpa memberikan solusi, tanpa membersamai.
Biodata Narasumber
Nama : Silvia Noviyanti
Pendidikan : Psikologi UI 2004
Aktivitas:
– Ibu dari 3 anak
– Founder Kiyanda Lead Club
– “Cikgu” Klub Anak Sholeh Diamond 1
– Tim Klub Anak Sholeh Ratujaya
– Penggiat Klub Anak Diamond 1
– Poktan Pendidikan PKK RW 10
– Penggiat Klub Anak di lingkup RW 10