Sebagai perempuan yang pernah aktif berkegiatan ketika single, saya sempat terkaget-kaget ketika dunia berubah 180 derajat saat anak saya lahir.
Ada satu makhluk kecil lucu yang sangat dekat pada kita. Tak pernah kita merasakan kedekatan kepada seseorang yang sedemikian sebelumnya. Kedekatan yang membuat kita rela mengorbankan hidup demi keberadaannya.
Lalu kemudian pergi kuliah dan kerja tak seriang sebelumnya, karna pikiran melayang membayangkan muka imut itu. Berkegiatan di luar rumahpun tak ada waktu, karna sibuk luar biasa saat menjadi ibu baru.
Memasuki dunia ibu baru ternyata memiliki tekanan informasi yang sama dengan dunia kehamilan. Berbagai pro kontra tentang apa yang harus, boleh dan jangan dilakukan begitu banyak terdengar. Tips dari tetangga depan rumahmu ternyata bertolak belakang dengan tips dari kakak iparmu. Saran dari dokter anak berbeda luar dalam dengan saran ibu mertua.
Lalu kemudian tantangan terberat berasal dari teman kita sendiri yaitu para ibu muda. Ketika ibu muda yakin dengan pilihannya dan menyalahkan pilihan ibu lain yang tak sejalan.
Kemudian muncul tiga kategori bagi ibu muda yang sudah lulus pendidikannya yaitu:
a. tak melanjutkan studi selanjutnya dan berbanting setir menjadi ibu rumah tangga yang berjualan onlenshop,
b. tak melanjutkan studi segera tapi kemudian melanjutkan saat anak-anaknya sudah cukup besar.
c. segera melanjutkan studi selanjutnya dan berjuang bersama suami serta anak-anak
Manakah yang terbaik dari ketiga kondisi itu?
Tak ada yang lebih baik dari ketiga kondisi itu, bahkan tidak hanya ada 3 kondisi yang muncul dari seorang ibu muda. Banyak kemungkinan kondisi yang terjadi setelah menikah dan memiliki anak. Bisa jadi d. melanjutkan studi segera kemudian menjadi ibu rumah tangga untuk anak-anaknya atau e. tak melanjutkan studi selanjutnya dan bekerja, atau pilihan f, g, h, yang memiliki variabel berbeda-beda
Setiap kondisi yang kita pilih tentunya berdasarkan latar belakang kondisi keluarga kita masing-masing, yang tak semua orang tahu dan pastinya tak sama.
Mungkin sebagian besar ibu muda ini ingin berada di kondisi c, tapi lagi-lagi kondisi di balik kisah setiap ibu muda berlainan. Setiap pilihan yang kita ambil memiliki konsekuensi masing-masing.
Sebenarnya dalam sejarah Islam, kita juga dikenalkan dengan berbagai wanita dengan masing-masing karakter khasnya
Misalnya Khadijah r.a. yang menyerahkan perniagaannya kepada suaminya dan kemudian berkhidmat khusus kepada suami dan anak-anaknya setelah menikah
Atau Aisyah r.a. yang menjadi perawi hadist terbanyak yang menjadi rujukan para sahabat dalam menggali ilmu islam
Atau Fatimah r.a. yang hidup sederhana dengan suami dan anak-anaknya demi mendapatkan keridhoan dan keberkahan Allah
Atau zainab binti jahsy r.a. , istri rasulullah yang pintar mencari uang dan banyak bersedekah
Kondisi keluarga kecil kita yang berbeda, kondisi keluarga besar yang berbeda, kondisi suami yang berbeda, kondisi anak yang berbeda, dan kondisi si ibu muda yang berbeda, membuat banyak kombinasi kondisi yang di alami setiap ibu muda
Tapi sebagai istri solehah, yang taat kepada suami, hamba Allah yang baik, dan ibu pendidik.. apapun kondisi ibu muda itu, pastikan tetap berada dalam kondisi yang di berkahi Allah, di ridhoi suami, dan tetap mengutamakan suami serta pendidikan anak di atas yang lainnya..
Sebab wanita yang boleh memasuki pintu syurga dari arah manapun hanya cukup dengan memenuhi 4 kriteria : menjaga sholat 5 waktu, puasa ramadhan, menjaga kemaluan, taat kepada suami. Amalan lainnya adalah pelengkap yang tak diharuskan oleh Allah, tapi boleh dilakukan selama berada dalam koridor Islam
Semoga Allah mudahkan langkah kita.. menjadi wanita yang bisa masuk syurga dari pintu manapun, dan berperan sesuai dengan fitrah kita sebagai muslimah.. aamiin