
MoMMee.org – Dear Mommees, banyak diantara kita yang beranggapan bahwa seorang wanita dikatakan utuh menjadi seorang wanita sejati ketika dirinya sudah mengalami berbagai kodratnya; menikah, mengandung, melahirkan, hingga menyusui. Sayangnya tidak semua wanita mendapatkan kesempatan itu. Ada suratan takdir Ilahi yang tidak bisa dilawan seorang manusia saja.
Bagi sepasang suami istri, memiliki anak tentunya menjadi dambaan tersendiri. Apalagi ketika usia pernikahan sudah dirasa cukup lama. Mungkin ada banyak upaya yang mereka lakukan, meskipun tidak semuanya harus dipaparkan ke ruang publik. Itulah mengapa, pertanyaan-pertanyaan semacam ‘Kapan punya anak?’, bagi saya pribadi, rasanya tidak perlu lagi ditanyakan. Sebab seringkali pertanyaan itu terlalu sensitif dan menimbulkan luka.
Hm, tentang penantian akan hadirnya anak, ada pengalaman menarik yang kemarin penulis dapatkan dari seorang teman dekat. Teman dekat penulis ini sudah cukup lama menikah, sekitar sembilan tahun. Namun qadarullah mereka belum dikaruniai seorang anak oleh Allah. Tentunya, pasangan ini juga giat melakukan upaya medis untuk mendapatkan seorang anak. Namun manusia memang hanya berusaha, pasangan ini belum juga dikaruniai seorang anak. Ternyata Allah punya rencana lain, Mommees, hasil diskusi teman dekat saya dengan suaminya ini ternyata bahwa mereka akan mengadopsi seorang anak, iya, bayi baru lahir. Entah bagaimana negosiasi dengan orangtua kandung sang bayi, akhirnya sejak hari pertama kelahiran, teman saya sudah resmi menjadi ibu angkat si bayi mungil itu.
Ada beberapa hal yang sebetulnya menjadi pertimbangan;
Bayi tersebut ternyata seorang laki-laki (padahal hasil USG menunjukkan kalau bayi tersebut berjenis kelamin perempuan).
Bayi tersebut merupakan keponakan langsung dari sang suami
Seandainya bayi tersebut tidak ‘disusui’ oleh sang Ibu angkat, maka ketika bayi tersebut terus tumbuh menjadi anak laki-laki yang baligh. Maka tetap tidak ada hubungan apapun antara si Anak dengan Ibu angkatnya. Dengan kata lain, anak tersebut tetaplah menjadi non mahram dengan Sang Ibu Angkat.
Maka cara satu-satunya yang bisa diupayakan agar si bayi tersebut kelak bisa menjadi mahram dengan Sang Ibu Angkat adalah Sang Ibu juga harus menjadi Ibu Susu si anak. Pertanyaannya, bisakah seorang wanita yang bahkan belum pernah hamil, apalagi melahirkan, kemudian mampu untuk memproduksi ASI?
Jawabannya, Iya. Selama Allah mengizinkan.
Mommees, awalnya penulis juga tidak percaya bahwa keilmuan saat ini telah memiliki treatment untuk membuat seorang wanita yang belum pernah hamil dan melahirkan, kemudian memiliki payudara yang mampu memproduksi ASI.
“Ternyata dunia bayi itu benar-benar exhausted but most excited. Jadi akhirnya, setelah cari sana-sini, aku ikut program laktasi dr. AP yang direkomendasikan teman kamu itu. Sekitar sebulan dua minggu aku ikut program laktasi; minum obat KB + domperidone yang mengandung hormone prolaktin, pijat payudara sendiri di rumah, sempat dirawat di RS selama semalam untuk training. Sejak saat itu, ASI-ku sudah mulai keluar. Tapi belum seperti Ibu alami, aku masih harus memerah dan hanya bisa pakai tangan. Keluarnya masih 3-5 tetes, setiap menyusui aku harus pakai alat induksi karena masih harus di support oleh susu formula. Sekarang sudah sekitar 2,5 bulan ASIku sudah mulai keluar. Meski belum banyak dan lancer. Kata dr. AP, karena aku Ibu pekerja, rata-rata pasien Ibu adopsi yang bekerja seperti itu pasien-pasiennya beliau. Karena stimulasi alami di sedot bayi waktu menyusui sedikit. Bahkan aku pernah cuti 10 hari untuk memperlancar ASI, dan alhamdulillah lumayan keluar ASI-nya”, papar Sang Ibu yang sampai saat ini masih berjuang memberikan ASI untuk anak yang diadopsinya..
Sepertinya sudah banyak artikel-artikel sederhana hasil dari penelitian yang kompleks, sekaligus menjadi bukti juga bahwa tak ada satupun perintah Allah yang sia-sia. Bahwa memang ASI-lah yang sesungguhnya menjadi minuman sekaligus makanan terbaik untuk para bayi. Maka taka da lagi alasan bagi para Ibu, sebetulnya untuk tidak memberikan ASI untuk anak-anaknya.
Bila perjuangan memberikan ASI itu saja lahir dari seorang Ibu Adopsi, bagaimana dengan kita?(*)