
MoMMee.org – Tak terasa 9 tahun sudah diberi amanah jadi dokter. Entahlah banyak yang bilang enak jadi dokter cepet kaya. Hehehe, kalau saya sih percaya aja rezeki udah ada jodohnya dari Allah gak akan ketuker selama kita berusaha. Kondisi saat ini ya boleh dibilang cukup, namun tidak berlebih juga.
Menjadi dokter rasional agak kurang mainstream saat itu mungkin hingga saat ini. Saya hanya berusaha berhati-hati. Jadi dokter kan bukan sekedar amanah, profesionalisme juga dituntut. So meski saya gak ikut mengucapkan sumpah hipokrates or sumpah kedokteran (karena waktu itu saya takut gak bisa menuhin sumpah itu), tapi in sya Allah berusaha menjalankan apa yang saya dapatkan saat kuliah dulu.
Masih teringat awal-awal menjadi dokter yang berusaha rasional, ketika menjadi dokter jaga di puskesmas senen. Habislah saya dimaki-maki seorang bapak, hanya karena saya tidak mau memberi obat selain penurun panas, karena anaknya hanya terkena infeksi virus. Saat itu saya sedang berpuasa. Emosi ini tertahan, mengingat sedang puasa, juga mengingat profesionalisme. Sesudah magrib tiba, air mata ini pun menetes dikamar jaga. Saya menangis menahan marah.
Lambat laun makian pasien atau keluarga pasien sudah jadi makanan yang biasa saya terima. Dibilang dokter aneh, pelit obat, dokter gak pintar en so on. Ada kesulitan sendiri untuk menjelaskan bahwa saya bukan anti obat, bukan anti antibotik, hanya berusaha berhati-hati.
Akhirnya saya memutuskan untuk berdiri diatas kaki sendiri.
Ya sempat saya berpraktek di tempat yang memiliki visi yang sama dengan saya, akan tetapi ada perbedaan prinsip yang membuat saya memutuskan untuk hengkang.
Ada dampak signifikan sejak saya hengkang, baik positif atau negatif.
Negatifnya saya hengkang tanpa meninggalkan sedikitpun informasi tentang keberadaan saya yang baru. Hanya pasien-pasien yang dekat secara pribadi yang tau. Membangun dari awal layanan kesehatan itu 5-6x lipat waktu yang dibutuhkan dari sebelumnya untuk bisa steady. Pendapatan berkurang hingga 70 persen, karena saya memulai dari nol lagi.
Sedih? Ya Menyesal? Tidak
Allah selalu memberikan makna dibalik semua kejadian.
Saya membina pasien dari awal lagi. Mengedukasi pasien di setiap kunjungan. Pasien saya tidak sebanyak dulu, tapi bonding saya dengan pasien lebih kuat dari sebelum-sebelumnya.
Ada pengalaman yang membuat saya sempat trauma mengimunisasi anak. Salah satu pasien saya mengalami komplikasi efek samping imunisasi. Sedihnya luar biasa. Tidak bisa tidur tenang sampai pasien tersebut dinyatakan sembuh dari absesnya. Yang membuat saya terharu, orang tua pasien itu masih mempercayai saya. Padahal saya sampai menangis ke suami, merasa menyesal, tidak tau salah dimana sehingga bisa terjadi komplikasi. Disatu sisi, teman-teman sejawat saya berusaha meyakinkan saya kalau kondisi anak itulah yang menyebabkan komplikasi.
Anak kecil itu sudah tumbuh besar menjadi little solehah. Dan ibunya sudah menjadi teman buat saya, rekan “bisnis” saya.
Yang jelas, cita-cita saya memiliki klinik pencegahan/well patient clinic untuk ibu dan anak (imunisasi, asi, dan kebugaran) masih tertanam kuat. Alhamdulillah ada salah seorang pasien yang tanpa diduga merespon serius status gaya-gayaan di bbm saya… ibu dari pasien saya juga (alhamdulillah 8 tahun sudah menjadi pasien setia saya) serius mau menjadi investor. Yah apa daya proposal masih berupa hitungan kasar, belum sanggup membuat hitungan yang serius karena pikiran yang terpecah di proyek penelitian yang belum kunjung selesai.
Cita-cita saya punya klinik itu simpel aja. Pengen punya banyak pasien yang sehat dari pada pasien sakit. Buat saya tantangan tersendiri membuat orang menjadi sehat dan tetap sehat, dari pada menyembuhkan orang sakit (karena sesungguhnya kesembuhan itu datangnya dari Allah).
Jadi… meski lepas dari zona nyaman, tapi In Sya Allah semua ada hikmahnya. Yang jelas… hobbi chatting (ngobrol) saya tersalurkan ya di bbm, di watsap, ataupun di ruang praktek (hehehe hobi kok ngobrol).
Aah kenapa jadi ngalor ngidul…
Ditodong nulis artikel kesehatan belum ada ide 😀 jadi nulis ini dulu sebagai tulisan perkenalan.(*)