
MoMMee.org – Suatu kali, dalam sebuah grup komunitas Ibu-Ibu produktif (Sebut saja Mommee 1), salah seorang sahabat mengirimkan tulisan dari Ust. Budi Ashari, Lc pengasuh Parenting Nabawiyah. Tema yang digulirkan -dalam kesan pertama saya saat itu- masih senada dengan tulisan-tulisan beliau sebelumnya, yaitu Ibu Pulanglah (ke rumah), adalah semacam membenturkan ibu bekerja (working mom/ wm) dengan ibu rumah tangga (IRT/ stay at home mom/ SAHM). Sekedar membaca tanpa talaqqi atau bertemu dan mendengar langsung tutur ceramah beliau, bisa jadi kita terseret pada konklusi yang kurang tepat. Begitu pula saya.
Hingga akhirnya saya berdiskusi dengan Mbak Indra Fathiana (duluu sekali saya sebagai mahasiswi mengenalnya sebagai praktisi di yayasan anti bullying, SEJIWA) dan Yurika (partner diskusi paling asik karena ilmunya yang mendalam) melalui jaringan pribadi. Beliau berdua adalah ‘mahasiswi’ Akademi Keluarga (AKU) Parenting Nabawiyah Depok, Mustawa 1 dan 2. Beliau pernah bahkan sering bertemu langsung dengan sang Ustadz, juga tim asatidz lainnya di sana. Diskusi dengan Mbak Indra saya rangkumkan di sini.
“Beliau pribadi memang sangat menyarankan para Ibu untuk tinggal di rumah mengurus anak. Poin sebenarnya adalah, jangan sampai ada salah kaprah bahwa mendidik anak itu bisa dengan paruh waktu. Meski aku sangat paham bahwa Ibu bekerja juga tidak berpemahaman bahwa kerja mereka di luar itu, menyengajakan diri untuk ngasih waktu sisa dengan anak.”, buka Mba Indra.
“Aku pernah telepon Ust. Budi, mau wawancara tentang muslimah yang beraktivitas di luar rumah. Lalu aku disemprot.. ‘Baca dulu sirah Ummu Sulaim, Aisyah dan Khadijah’.. Jadi kata beliau, menurut sirahnya, Ummu Sulaim itu fokus membesarkan anak-anak. Bagaimana dengan Aisyah yang ngajar para sahabat? jawabannya, itu karena Aisyah tidak punya anak.” hmm. Bagaimana dengan Khadijah yang berbisnis ekspor impor?
“Nah, Khadijah itu,, aku tanya sama Ust. Herfi yang juga di PN dan jago tafsir.. pasca nikah sama Nabi dan lahir anak-anak, beliau fokus ngurus anak dan bisnisnya full diurus Muhammad. trus aku keselek deh,, kirain bakal dapet hujjah dari kisah Khadijah..” 😀
“Tapi gini mut,, kenapa ust. Budi bisa bersikap dan berbicara segeram itu, karena umat ini rusak dan dirusak. Mayoritas penyebabnya adalah karena para Ibu tidak benar-benar memperhatikan anak. ” Allahumma.. itu betul sekali!
“Tapi tenang aja,, Ust Herfi salah satu ustadz PN membolehkan kok muslimah bekerja dan beraktualisasi diri. Begitu pula Ust. Budi, beliau mempersilakan sekali ibu-ibu untuk berkarya. Beda penekanan dengan ibu-ibu yang beraktivitas di luar rumah untuk berkarir. Artinya dengan menjadi ibu yang -menurut pemahaman dan keilmuan beliau- sebaiknya dampingi anak di rumah, bukan berarti menutup kesempatan sama sekali untuk beraktivitas dan berkarya.” Nah, adem dengernya..
“Seruan beliau agar para Ibu kembali ke rumah, sebenarnya untuk mengingatkan kembali kepada para muslimah (umum) yang bersikap bangga menjadi wanita karir ketimbang menjadi ibu di rumah. Padahal.. di rumah itu ada pekerjaan maha mulia, yang jika para muslimah memaknai ini dengan baik, maka generasi yang baik akan tercipta!” Setuju!
Nah,, Mba Indra menutup diskusi dengan menyampaikan bahwa, apa yang disampaikan oleh Ust. Budi ditujukan juga untuk mereview kembali niat dan amal-amal kita di luar rumah,, untuk berefleksi, bener ga sih ini yang Allah kehendaki? bener ga ini yang menjadi tugas utama kita sebenarnya?
Jadi Ibu-Ibu, demikian reportase saya. Mutiara Khodijah, Juru kamera mbah google. Ups.. jadi sudah clear ya Moms.. ketika sudah menjadi seorang Ibu, maka defaultnya adalah di rumah, mendidik (bukan hanya mengasuh) anak. Namun bila ada keperluan yang syar’i, mendapat izin suami, serta berbagai alasan yang pernah saya sampaikan di sini, maka bekerja bagi Ibunda diperbolehkan. Hmm,, saya masih punya PR nih bikin tulisan tentang apa yang harus dipersiapkan oleh Ibu Bekerja. Kapan kapan ya? bismillah biidznillah.(*)
*gambar diambil dari sini