
MoMMee.org – Untuk mommies yang pernah nonton film jepang edisi anak sekolahan, pasti pernah melihat adegan seorang anak yang terlihat lemah, dijahili anak lain dengan jumlah yang lebih banyak. Pada akhirnya si anak yang terlihat lemah ini di aniaya atau hanya sekedar diminta uangnya saja. Dibanyak film sinetron remaja rasa-rasanya banyak juga memperlihatkan tata cara membully orang lain.
Itulah contoh bullying dalam kehidupan sekolah. Membuly orang berarti melakukan tindakan agresif kepada orang secara terus menerus dan membuat pihak lain tersakiti.
Dikajian sekolah mommee bulan Januari ini membahas tentang bullying pada anak. Saat itu saya berpikir.. mengapa tema ini ada di dalam sekolah untuk para orangtua. Dan ternyata saya menemukan AHA nya
Di dalam kehidupan nyata, begitu anak kita sudah tak selalu menempel pada ibunya (bodyguard kelas kakap), anak kita berpotensi menjadi pelaku atau korban bullying. Karena begitu anak lepas dari pengawasan intensif orangtua, dia akan bertemu dengan anak lain, dengan pola asuh, pengalaman dan lingkungan hidup yang berbeda yang bisa jadi menimbulkan peristiwa bullying.
Sebagai orangtua yang baik, pastinya kita tak ingin anak kita menjadi pelaku bullying ataupun menjadi korban bullying. Tapi tanpa adanya pengalaman terkait bullying, anak tak mendapatkan kesempatan belajar tentang bagaimana seharusnya bersikap kepada pihak lain. Tentu saja, pengalamannya tak harus dirasakan sendiri oleh anak kita. Kita bisa mengajarkannya dengan media lain misalnya mendiskusikan film tentang bulying.
Mengapa anak dapat menjadi pelaku bullying?
Anak dapat menjadi pelaku bullying bisa disebabkan oleh karakternya yang kuat tapi belum paham tentang norma-norma yang baik. sehingga ia menggunakan karakterkuatnya untuk memanipulasi orang lain serta memandang anak yang lebih lemah atau kecil sebagai mangsa
Anak juga dapat menjadi pelaku bullying karena belajar di rumahnya. Bullying adalah hal yang wajar dan kerap terjadi di dalam rumahnya, entah ayah kepada ibu, atau ibu kepada anak, atau kakak kepada adik, sehingga membuatnya berpikir bahwa bullying adalah cara yang tepat untuk dilakukan
Anak dapat menjadi pelaku bullying karena kurangnya perhatian dari orangtua sehingga akhirnya anak mencari perhatian yang ia butuhkan dengan membully orang lain.
Atau karena anak over perhatian. ia biasa mendapatkan perhatian dunia, sehingga ia memandang rendah oranglain. Ia sulit berempati dan hanya peduli dengan dirinya sendiri.
Anak juga dapat menjadi pelaku bullying karena tidak dapat menerima perbedaan. Semua yang berbeda dengannya berarti salah. Ia tidak dapat mentoleransi perbedaan karena yang berbeda berarti lebih buruk dan tak layak dihormati
Bagaimana bila kita dapati anak kita punya potensi menjadi pelaku bullying?
Kita ajarkan adab bergaul yang baik pada anak. Bagaimana bersikap kepada anak yang lebih kecil dan kepada anak yang lebih besar. Kita ajarkan lagi tentang nilai-nilai pertemanan yang baik, ajarkan anak menghadapi perbedaan, dan berikan perhatian pada anak secukupnya. tak kurang atau tak lebih
sekian dulu.. semoga bisa lanjut ke part 2 🙂