“Bang, istrinya itu sekarang aktivitasnya apa?”
“Di rumah, ngurus anak, onlen shop”
“Wah sayang banget, kenapa ngga aktivitas kayak dulu lagi”
Sedikit percakapan suami dan temannya.
Bikin saya dalam hati mau teriak. Heii !! Aku juga mau kayak dulu lagi. Aktivitas sana situ. Tapi ngga bisa..
Lalu sedih dan meratapi diri. Mengapa saya ngga bisa gini kayak dulu.. belajar kesana kesini cari ilmu, ngasih ilmu ke orang lain, bimbing adik-adik yang butuh, pergi ke tempat-tempat yang diinginkan..
Dunia berubah bagi perempuan setelah dia memiliki anak. Semua bukan lagi tentang dirinya, tapi tentang anaknya.
Betapa banyak ibu yang lebih sering membelikan baju baru kepada anaknya daripada dirinya,
Betapa banyak ibu yang lebih senang bila dirinya yang sakit daripada anaknya,
Betapa banyak ibu yang rela jatah makanannya di berikan pada anaknya,
Betapa banyak ibu yang rela berhenti dari proses makannya untuk membersihkan kotoran yang berasal muasal dari makanan anaknya.. yang sebenernya sangat menjijikkan tapi tetep dilakoninya dan setelah selesai lanjut lagi makan :p
Tidak sebagaimana para bapak yang masih bisa keliling bertemu teman atau menuntut ilmu sana sini.
Para ibu -terutama yang hijrah dari kota asal, jauh dari kerabat, suami sering keluar kota, punya anak banyak, intinya yang tidak bisa menitipkan anaknya- sulit untuk keluar rumah.
Bilapun seorang ibu keluar rumah, sebagian hati dan pikirannya dia tinggal di rumah.
Tapi saya sering terperangkap di dalam balik alasan anak untuk banyak hal
Menggunakan alasan repot ketika harus berangkat menuntut ilmu.
Menggunakan alasan ngga mungkin ketika ada kesempatan baik untuk mengembangkan diri
Kaki terasa berat melangkah keluar rumah sejenak untuk mengupgrade diri
Hei, kamu yang sering berlindung di balik alasan anak untuk bertahan di comfort zone, mu. Di luar sana banyak ibu beranak pinak juga seperti kamu dan tetap bisa menuntut ilmu dan bermanfaat bagi orang lain
Di satu saat, pernah saya sedih sesenggukan menangis karena mudahnya saya menjadikan alasan anak-anak saya untuk mempermudah berbagai hal
Kita tak pernah boleh puas dengan ilmu yang kita miliki. Baik itu ilmu islam, parenting, ilmu bisnis, dan ilmu lainnya
Sebagaimana nokia yang jatuh karena puas dengan diri sendiri, dan tidak mau mengikuti dunia yang terus berubah
Ibu yang merasa cukup tidak akan tau dengan makar-makar terkini dunia yang sedang memandang keluarganya dengan tatapan kelaparan seperti menatap mangsanya
Ibu yang sendirian harus bergabung dengan ibu-ibu lain yang punya energi positif, ibu yang berilmu, dan ibu yang menantang dunia (ibu yang bilang: iya, saya punya anak, tapi saya akan terus maju) dan terus bermanfaat bagi lingkungan
Alhamdulillah saya punya teman-teman seperti itu..
Barokallah untuk teman-temanku yang saling berbagi semangat dan saling menguatkan.. ana uhibbukum fillah..
Mari para ibu, bangkit dari tidur panjangmu, belajar menuntut ilmu dan memaksimalkan manfaatmu untuk ummat, sambil tetap menjadikan keluarga sebagai prioritas utamamu. Sebagaimana Islam mengajarkannya
#sambilmenatapranselyangdiniatkanmenemaniasa