
MoMMee.org – Liburan sekolah kemarin kami bersilaturahmi ke rumah saudara di Bandung. Rencananya liburan ini kami ingin menjajal salah satu tempat rekreasi baru di kota Bandung yang bernama Floating Market.
Wah kedengarannya seru,Pasar Terapung. Begitu mendengar kata itu, kami membayangkan Floating Mart di daerah Kalimantan dimana transaksi jual beli diadakan diatas perahu yang terapung di sungai.
Alhamdulillah hari itu cerah. Dengan semangat 45, bocah tak ada habisnya bercanda sepanjang perjalanan. Kami menuju kearah Lembang. Mendekati Lembang disepanjang jalan banyak dijual kelinci-kelinci dan marmot di sepanjang jalan. Tentu saja anak-anak menjadi lebih semangat lagi sambil membuka jendela jendela memanggil-manggil nama binatang lucu putih imut itu.
Sekitar jam 11 an kami tiba di Floating Market Lembang. Taman wisata ini dibangun di kawasan danau Situ Umar, tepat di belakang Grand Hotel Lembang. Karena jalannya searah kita harus memutar melewati pasar Lembang dan kembali kearah Bandung melalui jalan searah Jl. Grand Hotel.
Biaya masuknya lumayan murah Rp 1,000/orang yang nanti akan kita tukarkan dengan minuman hangat seperti Milo, Lemon Tea, Coffe latte, dan Choco Latte.
Satu hal yang menarik disini yaitu untuk mengadakan transaksi atau berwisata kuliner disini kita harus menggunakan koin. Di gerbang depan ada tempat pembelian koin tersebut. Koin ini tidak bisa ditukarkan dengan uang lagi namun bisa berlaku laku jika kita hendak berwisata ke tempat ini lagi lain kali.
Pemandangan danau yang begitu cantik akan segera kita lihat selesai urusan registrasi di pendopo depan. Danau yang luas, pohon-pohon rimbun dan bangunan-bangunan tradisional ditambah angin semilir yang berhembus membuat perasaan kita lapang dan senang. Tempatnya masih terawat dan bersih sehingga pengunjung tidak boleh buang sampah sembarangan. Banyak disediakan tempat sampah disepanjang area wisata.
Pasar terapungnya sendiri berdiri di tengah danau, menjadi satu kawasan untuk pengunjung berwisata kuliner. Memang sedikit berbeda dengan bayangan kami di awal, penjual-penjual dijadikan satu disuatu tempat, tidak masing-masing berjualan di perahunya sendiri-sendiri. Kami segera mengelilingi kawasan wisata tersebut dengan berjalan kaki , sebenarnya jika ingin langsung berwisata kuliner, disediakan perahu juga dengan biaya Rp 1000,- untuk menuju ke pasar itu.Namun kami lebih memilih untuk mengitari kawasan tersebut agar lebih puas.
Setelah berfoto-foto di beberapa spot yang bagus, dengan berjalan kaki kami melintasi satu persatu wahana yang ada. Di sepanjang kawasan juga terdapat beberapa restoran dan toko yang menjual kaos, benda seni, karikatur dll. Ada beberapa wahana yang tersedia, kami memilih wahana-wahana yang cocok untuk anak-anak.
Kami mendatangi wahana memberi makan angsa,ikan dan kelinci. Kami ingin mengajarkan anak-anak untuk menyayangi binatang. Mereka begitu sangat antusias terutama di wahana rumah kelinci. Wortelnya juga dijual ditempat itu,jadi kita orang tua boleh ikut mendampingi anak-anak. Awalnya mereka takut,karena jumlah kelincinya memang banyak dan besar-besar badannya. Namun lama-lama mereka terbiasa memberi makan pada kelinci-kelinci itu. Wahana lainnya ada ATV, sepeda-sepeda mini, menangkap dan memancing ikan.
Lalu ada wahana panen sayuran organik, semacam sawah dan kebun mini lengkap dengan tumbuhan yang biasa di sayur namun saat itu kosong tidak ada yang menjaga. Hanya ada saung-saung dan lumbung padi didepannya. Suasananya mirip sekali di pedesaan. Anak-anak begitu senang berjalan di jalan-jalan setapak atau biasa disebut pematang yang diapit sawah-sawah mini. Tidak jauh dari sawah-sawah mini ada perkebunan mini strawberry. Kami langsung menuju kesana. Anak-anak dibekali gunting untuk langsung memotong sendiri buah-buah strawberry yang sudah masak dan berwarna merah. Ditempat ini kami cukup lama,karena memang anak-anak begitu tertarik untuk mencari buah-buah yang ranum. Buahnya kemudian boleh kita bawa pulang.
Setelah puas ke beberapa wahana kami menuju ke pasar terapung karena sudah lapar. Area pasar terapung berada ditengah danau dengan daratan yang dibangun memanjang, para penjual makanan berjualan diatas perahu di pinggir sepanjang jalan tersebut. Kurang lebih ada 30an perahu yang berjualan disini dengan berbagai macam pilihan makanan khas kota Bandung. Aroma sedap masakan tercium dari jauh membuat kita lapar mata dan lapar perut.
Pasar terapung ini hanya ada di hari sabtu dan minggu saja. Inilah akhir perjalanan wisata kami, memang hari itu floating market sangat ramai namun Alhamdulillah anak-anak senang. Mudah-mudahan kami bisa kesini lagi di waktu yang lain.(*)