
MoMMee.org – Bagaimana ya rasanya punya anak yang hafiz qur’an?? pastinya bahagia tiada tara.. lihatlah hadist dibawah ini:
“Siapa yang membaca Al Qur’an, mempelajarinya, dan mengamalkannya, akan dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat.Cahayanya seperti cahaya matahari dan kedua orangtuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan) yang tidak pernah didapatkan di dunia. Keduanya bertanya, “mengapa kami dipakaikan jubah ini?” dijawab, “karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari al-Qur’an” (HR al-Hakim)
Ustadz tamim dan ustadzah wiwi, istrinya, sangatlah patut berbangga dengan prestasi ke 10 anaknya yang hafiz quran. 4 dari 10 anak beliau sudah hafidz 30 juz. Bagaimana beliau berdua yang super sibuk dalam dakwah dapat mendidik anaknya sedemikian rupa? Kuncinya ada dalam kesamaan visi dan misi kedua orangtua dalam mendidik anak, keteladanan, kedisplinan, kesabaran, dan keistiqomahan dalam menjalankan program pendidikan yang telah mereka buat.
Keduanya meyakini bahwa visi utama untuk anak-anak mereka adalah menanamkan alquran pada anak-anak mereka Enam tahun pertama diisi dengan memberikan bekal dan motivasi kepada anak-anaknya untuk menghafal. Enam tahun kedua anak-anak diberikan lingkungan yang kondusif untuk menghafal (pesantren atau sekolah yang ada program tahfidz qurannya) dan membangun kedisplinan. Enam tahun berikutnya diarahkan sesuai kecenderungan ilmu anak-anaknya. ada yang kuliah di ITB, LIPIA, al Azhar Kairo, ada juga yang kuliah di UI. Hal-hal menarik dari program keluarga ini adalah program duduk satu jam bersama al-quran selepas maghrib hingga isya. Tidak kalah menarik lagi, ustadzah juga mengundang anak-anak tetangganya untuk belajar quran bersama. Ia sadar betul bahwa saudara terdekat ini akan mempengaruhi perkembangan jiwa anak-anaknya, maka ia ikut mentarbiyah lingkungan tempat tinggalnya. Anak-anaknya juga menjadi lebih terpacu karena ada teman-teman sebaya mereka yang ikut belajar. Waktu interaksi dengan alquran yang wajib selain ba’da maghrib adalah ba’da subuh. Anak-anak dibangunkan saat subuh, diwudhukan, lalu sholat bersama di masjid.
Konsep reward dan punishment juga berlaku di keluarga ini. Rewardnya berupa kesukaan masing-masing anak dan punishmentnya adalah tambahan waktu interaksi dengan al-quran keesokan harinya bila hari ini malas. Ustadzah bercerita bahwa kadangkala ia melantunkan ayat-ayat yang harus dihafal putra-putrinya saat menyuapi atau saat menemani mereka bermain. Ia juga melantunkan al-quran saat menyusui batitanya dan memperdengarkan quran melalui pita kaset. Selain itu, ia juga menciptakan lingkungan disekeliling putra-putrinya untuk mencintai al-quran. Ustadzah mencari posisi yang dekat dengan anak-anak batitanya saat tilawah quran “saat mulai usia 4 tahun, saya ajari mereka a ba ta tsa. Sambil bermain dan berlari-lari, saya ajarkan satu hari satu huruf Al-quran.” Di biografi anak-anaknya yang ada dalam buku ini, semua anak-anaknya bisa membaca al-quran pada usia 5 tahun, dan mulai menghafal antara usia 5-6 tahun.
Penyusun buku ini, menambahkan beberapa metode yang bisa diajarkan kepada anak balita, misalnya melalui stimulus gambar dan kartu. stimulus gambar bisa diletakkan di kamar anak . sesekali gambar digunakan untuk berdialog atau untuk didendangkan. Untuk stimulus kartu, sang ibu bisa memperlihatkan satu kartu huruf hijaiyah dan sang anak diminta untuk mencari kartu dengan bentuk yang sama. Bisa juga dengan sterofoam atau tikar puzzle yang ada huruf hijaiyahnya… Demikian resume singkat buku inspiratif 10 bersaudara bintang al-quran.. yang disusun oleh mbak izzatul jannah dan irfan hidayatullah…ada satu buku lagi yang harus dibaca yaitu “doktor cilik, paham dan hafal alquran”
Ayo semangat mendidik putra-putri kita… tapi jangan lupa.. kata aa Gym, agar hilirnya baik .. hulunya harus diperbaiki juga.. Bukankah pendidikan utama dari orangtua ke anaknya adalah keteladanan?(*)