
MoMMee.org – Pernah lihat kisah tentang seorang anak perempuan yang melahirkan di kebun warga dengan masih mengenakan baju seragam SMAnya ?. Beberapa saat yang lalu, berita ini sempat menghebohkan timeline facebook saya. Dalam hati ini terasa amat sedih melihat berita tersebut.
Teringat dengan persalinan yang saya lakukan tiga bulan yang lalu. Perjuangan diantara hidup dan mati karena rasa sakit yang amat dahsyat. Bahkan sempat merasa menyerah tidak kuat dalam menahan rasa sakit saat bayi mulai ingin melihat dunia yang ia nanti-nantikan. Perjuangan ini diselingi oleh dzikir kepada Allah. Karena sungguh maut terasa begitu dekat. Dipenuhi harap akan lahirnya satu individu yang kelak akan menjadi pewaris nabi. Mujahidah penegak islam. Di temani suami disisi tempat persalinan. Saling menguatkan untuk bisa melewati proses sacral ini
Anak perempuan ini dengan seragam sekolahnya, melahirkan di kebun orang, di semak-semak agar tidak terlihat orang lain. Sendirian. Siapakah ayah bayi mungil tersebut? Bagaimana bayi tersebut bisa hadir di dunia ini? Mengapa harus dari sosok ibu seperti itu? Bagaimana ibu muda itu bisa sendirian melahirkan disana? Dimana orang terdekatnya? Tidak tahukah dia bahwa melahirkan adalah perjuangan hidup mati seorang wanita? Begitu banyak pertanyaan hadir di benak saya
Sosok anak perempuan itu menangis, lalu ada orang yang memegangi bayi yang masih berdarah-darah itu tidak bisa lepas dari ingatan saya. Itu hanya satu cerita diantara banyak cerita tentang pergaulan bebas remaja kita. Belum termasuk wabah cabe-cabean, prostitusi remaja, pornografi adalah masalah lain yang juga sangat mengkhawatirkan.
Mengapa ini bisa terjadi di masyarakat kita?
Televisi dan media lain mengajarkan masyarakat tentang cara berinteraksi dengan lawan jenis. Tak usah lagi dibahas soal sinetron-sinetron Indonesia, film-film animasi barat tak kalah menggempur anak-anak kita tentang wajarnya berpelukan dan bermesraan antara lawan jenis.
Belum lagi pakaian yang memperlihatkan aurat yang dapat membangkitkan nafsu yang mungkin tadinya masih terpendam pada anak laki-laki di semua media di sekelilingnya
Ingatkah kita saat pelajaran biologi di SMA yang membahas tentang organ intim manusia? Bagaimana suasana kelas saat pelajaran berlangsung? Atas nama ilmu pengetahuan, pelajaran tersebut dapat membangkitkan syahwat pemuda pemudi kita.
Saya ingat ada seorang ibu yang risau sekali karena anaknya belum punya pacar. Ibu tersebut merasa kalau anaknya tak laku. Ia hiasi anaknya dengan pakaian dan aksesoris cantik. Pacaran adalah hal yang amat lazim di masyarakat kita. Tidak berpacaran adalah hal yang aneh. Apalagi menikah tanpa pacaran dulu. Di sisi lain, ada anak remaja yang senang di puji-puji lawan jenisnya. Merasakan perhatian penuh yang membuatnya menjadi orang tercantik di dunia, tanpa pernah tau bahwa ada orang lain yang seumur hidupnya sudah menganggapnya sebagai harta tak ternilainya. Ia rela melakukan apapun untuk dapat selalu berada di dekat sang pujaan. Tak sadar bahwa ia adalah korban ke sekian dari kekasih yang hanya ingin menodainya. Masyarakat melihat pasangan yang berpacaran ini sebagai hal yang lazim. Tak memandangnya sebagai sebuah dosa. Masyarakat ini termasuk orangtua, guru, kepala sekolah, para pendidik anak-anak kita
Anak-anak muslim di perangi oleh seksualitas dari berbagai arah. Masyarakat kita sudah sakit. Karena mengganggap hal haram adalah hal yang halal
Bagaimana cara mengobati masyarakat yang sakit ini?
Lampu hijau untuk pencegahan
1. Tingkatkan keimanan kita dan anak kita.
Senantiasa berdoa kepada Allah akan keselamatan anak-anak kita dari hal-hal keji tersebut. Tanamkan di hati anak-anak akan kedekatan kepada Allah.
2. Ajarilah fiqh yang wajib dipelajari bagi anak-anak kita
Fikh adalah pintu utama dan paling mulia untuk pembahasan pendidikan seksual karena bernilai ibadah. Dengan belajar fikih maka kita sedang belajar bagaimana menjalankan ibadah secara benar, baik ibadah yang berhubungan kepada Allah langsung ataupun yang berhubungan dengan manusia.
- Fiqh thaharah, mengajarkan kita mengenal bagian anggota tubuh kita
- Fiqh berpakaian dan berhias mengajarkan kita berpakaian sesuai dengan kewajiban kita sebagai seorang muslim
- Fiqh kontemporer mengajarkan hukum bergaul antara laki-laki dan perempuan
- Fiqh haidh, mimpi basah, mandi besar mengajarkan tentang kondisi tubuh kita
- Fiqh nikah membahas lebih jauh tentang bagaimana menikah dalam pandangan islam, hak dan kewajiban sebagai seorang suami atau istri Ajarkan fikih sesuai usia dan pemahamannya
3. Perhatikan media yang terpapar pada anak seperti TV, internet, hp, koran
Aktivitas seksual terjadi disebabkan oleh nafsu syahwat yang terbangkitkan. Perhatikanlah hal-hal yang mampu membangkitkan syahwat. Jauhkanlah anak-anak kita dari hal tersebut. Bila memang terpapar, ajak anak diskusi tentang hal tersebut. Bahwa hal tersebut tidak benar, dalam islam harusnya begini begitu. Bila anak bertanya tentang seksualitas, jawablah seperlunya. Tidak kurang tidak lebih. Sesuaikan dengan umurnya.
4. Jadikan orangtua sebagai sumber utama bagi pertanyaan anak dan curhatan anak
Jangan pernah lelah mendengarkan anak-anak kita sedari kecil. jadilah pendengar aktif yang selalu merasa bersemangat mendengarkan anak kita bercerita tentang pengalaman hari itu di sekolahnya. dengan menjadi sumber utama maka anak akan bertanya tentang semua hal kepada kita termasuk soal seksualitas
5. Say no to pacaran
Dakwah berkesinambungan yang harus dilakukan oleh para mujahid mujahidah. Di sekolah-sekolah, di majlis taklim ibu-ibu, di rohis-rohis kantor, di khutbah jum’at. Mari cerdaskan orangtua dan anak-anak tentang bahaya pacaran. Ubah paradigma bahwa pacaran itu halal. Tidak ada pacaran halal kecuali bagi yang sudah menikah. Titik. Karena pacaran adalah pintu awal dari aktivitas seksual.
Demikian 5 benteng moral yang bisa saya sampaikan. Semoga bermanfaat. Next kita bahas soal lampu merahnya insyaAllah.(*)