
MoMMee.org – Menjadi seorang warga negara yang baik tentunya kita bayar pajak (kayak iklan nih). Sebagai wajib pajak kita mengurusnya sendiri bukan melalui middleman (calo), kali ini saatnya membayar pajak tahunan kendaraan bermotor yang jatuh tempo di bulan Desember. Saya dan anak-anak ikut ayahnya mengurus pajak ke kantor Samsat (sistem administratif manunggal satu atap) terdekat di kotamadya, karena pas anak-anak sudah libur sekolah juga. Berangkat agak siang dari rumah setelah Adik periksa gigi, lalu kita langsung menuju daerah Kebon Nanas Jakarta Timur.
Dalam tulisan ini saya bukan hendak menjelaskan prosedur pembayaran pajak kendaraan, akan tetapi sekadar menyampaikan laporan pandangan mata bahwa ternyata di kantor Samsat ada ruang tunggu dan wahana bermain bagi anak-anak yang ikut serta orang tuanya mengurus pajak sendiri.
Awalnya kita menunggu di dalam mobil, tapi lama-kelamaan panas juga karena AC dimatikan, saya pun mengantuk. Tak lama Adik tiba-tiba mau ke toilet, lalu kita kemudian beranjak mencari toilet terdekat. Akhirnya kami memilih menuju masjid yang tak jauh dari tempat parkir, sekalian sholat dzuhur karena akan masuk waktu. Ketika tiba kami langsung diarahkan menuju tempat jama’ah perempuan, mampir dulu ke toilet yang Alhamdulillah bersih kinclong anak-anak juga merasa nyaman karena seperti toilet di rumah. Setelah itu kami wudhu dan menunaikan sholat dzuhur. Duduk beristirahat kemudian beranjak meninggalkan masjid, karena khawatir Kakak Adik yang bolak-balik berjalan menggangu jama’ah lain. Kita lalu menuju ayah yang masih mengantri pembayaran.
Masuk ke ruang antrian, sejuk ber-AC banyak kursi tunggu tetapi ayah menyuruh ke ruang bermain yang terletak di tengah halaman kantor. Wah anak-anak langsung antusias. Arena taman dengan kolam ikan, kursi tunggu, dan fasilitas bermain (perosotan dan ayunan) memberi kesan pelayanan publik yang ramah anak, namun minusnya sekaligus juga sebagai tempat merokok, hiks. Tapi ketika banyak anak-anak yang datang bermain otomatis orang yang toleran akan mematikan asapnya walau tempat duduk mereka jauh dari pojok bermain anak. Kemudian Kakak dan Adik main di perosotan dan ayunan bergiliran dengan anak lainnya. Sepertinya arena ini relatif sepi pengunjung cilik. Mungkin karena sebagian sekolah belum masuk waktu libur semester. Hingga saat ini fasilitas yang ada baru bisa digunakan untuk anak usia dini mulai usia 4 tahun, yang juga aman untuk bermain sendiri tanpa pengawasan.
Tak lama setelah eksplorasi di arena ini, ayah langsung menghampiri karena proses pembayaran sudah selesai. Kami lalu beranjak pulang menuju tempat tujuan berikutnya. Semoga semakin banyak arena bermain bagi anak di lokasi publik terutama yang berkaitan dengan pelayanan publik. Karena ketika seseorang dituntut untuk menjadi warga negara yang baik, sesuai syarat dan prosedur hukum yang berlaku tentunya akan mengurus beberapa surat administrasi sendiri. Tak dipungkiri hal tersebut juga dilakukan oleh kaum ibu, yang mungkin tidak bisa meninggalkan anandanya di rumah. Karena itulah semakin dibutuhkan arena publik yang ramah anak dan ibu. Di tempat ini kemarin saya tidak mencari tempat menyusui karena sudah tidak jadi busui, tapi semoga ada ruang-ruang yang kondusif bagi busui juga di arena publik lainnya. Aamiin.(*)