
MoMMee.org – Ketika si buah hati demam, kebanyakan orang tua terutama ibu pasti akan cenderung panik dan berusaha menangani demam yang terjadi. Bagaimana seharusnya penanganan demam yang baik yang bisa orang tua lakukan dirumah? Sebelumnya, mari kita sama-sama mengenal demam terlebih dahulu.
Demam merupakan tanda adanya kenaikan set-point di hipotalamus (akibat infeksi) atau adanya ketidakseimbangan antara produksi dan pengeluaran panas dalam tubuh. Yang ditandai dengan naiknya suhu tubuh diatas normal, yakni diatas 38?C. Namun demam sendiri tidak dapat dijadikan sebagai indikator terhadap resiko adanya infeksi bakteri berat.
Hal yang pertama harus dilakukan ketika orang tua merasa anak demam adalah dengan melakukan pengukuran suhu tubuh. Untuk pengukuran dirumah yang dilakukan oleh orang tua atau pengasuh adalah pengukuran suhu tubuh menggunakan termometer digital yang diselipkan di ketiak (suhu aksila), metode ini direkomendasikan pada semua usia anak. Catat perubahan suhu tiap 4-6 jam, untuk memudahkan tenaga medis apabila anak kemudian perlu penanganan lanjutan.
Selanjutnya, lakukan tindakan penurunan demam secara simptomatik, antara lain:
- Usahakan anak cukup istirahat (tidur)
- Beri cairan yang cukup agar tidak terjadi dehidrasi (misal air putih, jus buah, susu dll)
- Usahakan aliran udara di tempat anak beristirahat baik. Misalnya dengan pemakaian kipas angin yang tidak mengarah langsung ke tubuh anak
- Buka pakaian/selimut anak yang terlalu tebal agar terjadi penguapan panas yang baik
- Seka kulit tubuh anak dengan menggunakan air hangat
- Mendinginkan dengan air es atau alkohol kurang bermanfaat dan tidak disarankan.
Apabila suhu tubuh anak >39?C, pedoman WHO menganjurkan penggunaan parasetamol atau obat penurun panas. Selain parasetamol, ibuprofen juga direkomendasikan untuk digunakan pada anak-anak. Penggunaan obat penurun panas ini dapat juga diberikan apabila demam menyebabkan ketidaknyamanan pada anak (misalnya: menangis berkepanjangan, anak menjadi malas beraktifitas, mudah marah, selera makan yang menurun dan gangguan tidur). Pemberian oral parasetamol (diminum) lebih baik digunakan daripada pemberian rektal (melalui anus) pada anak. Namun apabila sulit diberikan dengan diminum karena anak menolak dan ada keluhan seperti muntah yang terus menerus dan kejang, pemberian secara rektal dapat diberikan.
Dosis pemberian parasetamol maupun ibuprofen harus disesuaikan dengan berat badan anak, bukan umur. Keterangan mengenai dosis biasanya dapat dilihat pada kemasan. Untuk parasetamol oral, dosis standar 10–15 mg/kg per dosis (maksimum, 1 gr per dosis) diberikan 4–6 kali per hari (bila masih panas). Untuk ibuprofen oral, dosis standar 10 mg/kg per dosis (maksimum, 800 mg per dosis) diberikan 3 atau 4 kali sehari.
Catatan: Penggunaan ibuprofen tidak direkomendasi pada anak dengan varisela (cacar air) atau dehidrasi.
Anak perlu dibawa ke dokter apabila:
- Usia anak kurang dari 28 hari
- Terdapat tanda-tanda kegawat daruratan pada anak seperti: Lemas dan banyak tidur, kejang, sesak napas, ada ruam atau bintik kemerahan, demam lebih dari 40*C
- Demam langsung tinggi disertai ngilu di bagian sendi dan nyeri perut atas
- Demam terus menerus lebih dari 7 hari
- Demam tidak turun dan kondisi anak tidak membaik setelah dilakukan tindakan simtomatik dan pemberian obat penurun panas
Setelah mengenali demam pada anak, mengetahui tindakan yang dapat dilakukan dirumah dan tanda-tanda kapan anak harus dibawa ke dokter, diharapkan para orang tua dapat lebih bijaksana dan tidak mudah panik dalam menangani demam pada anak dan tidak tergesa-gesa mencari pertolongan medis apabila belum perlu dilakukan.(*)
Oleh : dr. Ismi/FKUI