
MoMMee.org – Pagi itu dengan wajah cerah bergairah, Ustadz & Ustadzah dipandu oleh Bang Aad, Adlil Umarat selaku moderator, mengawali materi dengan meminta peserta yang sudah menikah untuk duduk bersebelahan dengan pasangannya tanpa melupakan esensi kesyarian.
Kemudian Ustadz SHL, begitu beliau akrab disapa, memimpin yel-yel yang menganalogikan makna hidup, “keluarga surgaaa…” lantas yel & gerakan penyemangat itu mulai digemakan oleh para peserta, menambah hangat suasana.
Kemudian Ustadzah Kingkin memperkenalkan anggota keluarga beliau berdua yang telah dikaruniai 8 orang anak. Tentang nama anak2 dan artinya, yang menunjukkan kebaikan dan doa bagi anak-anaknya. Bahkan salah satu putra beliau diberi nama Syahid agar kelak menjadi syuhada di jalanNya. Masya Allah…
Lantas, pembahasan berlanjut dengan mengutip QS Ar ruum: 21 lantas bertanya apakah jodoh kita sekarang adalah jodoh kita seterusnya? Perhatikanlah tanda-tanda kekuasaan Allah. Tidak perlu jauh-jauh. Lihatlah tanda kekuasaanNya dari pasangan kita. Betapa teladan kita, nabi saw sangat bangga dengan keluarganya.
Tentang sakinah, ustadz dan ustadzah memberikan resep SAKINAH yang merupakan singkatan dari sifat-sifat keluarga surga yakni,
Sibuk dengan masalah besar bukan sebaliknya. Masalah kecil adalah masalah selain perkara tauhid. Misalnya, karena perbedaan karakter, ekonomi, cinta, selera, ranjang dsb. Prinsip dalam bertengkar adalah berlomba-lombalah untuk mengalah.
Jika tidak ada cinta lagi, mintalah kepada Allah. Cinta itu rizki, bisa datang dari tempat yang tidak disangka. Hadirkan Allah dalam setiap permasalahan yang ada. Allah yang menjadi tempat kita bergantung.
Awalnya adalah sangka baik dan kepercayaan. Berikan kepercayaan kepada pasangan di mana pun ia. Sambut suami saat pulang kerja, cium tangannya, peluk agar rasa itu menguat. Kita harus percaya kepadanya jika tidak ada bukti untuk bersangka buruk.
Keutamaannya adalah disiplin tanpa disuruh. Suami istri tahu kewajiban masing-masing sehingga langsung membantu tanpa menunggu pasangan sampai kesusahan seperti membantu pekerjaan rumah tangga juga dalam mendidik anak.
Interaksinya adalah kelembutan yang menyenangkan. Bicaralah dengan bahasa yang intim seperti pelukan, panggilan sayang yang khas oleh pasangan (tidak digunakan orang lain) sehingga kemesraan senantiasa merekah.
Nilai–nilainya memberdayakan bukan menjatuhkan. Pasangan, terutama suami sebagai kepala rumah tangga, perlu saling membangun kualitas dalam beberapa hal yakni intelektual, emosional, spiritual, finansial, cinta agar ikatan semakin kuat dengan berkembangnya potensi pasangan.
Ambisinya adalah masuk surga bersama. Saling menasihati antara anggota keluarga jika terjadi perselisihan, tetap sabar, selalu mengingat tujuan utama yakni surga.
Hatinya adalah cinta walau ada kekurangan. Pasangan kita secara fisik akan berubah tetapi pandanglah ia dengan kekaguman maka ia akan semakin menarik. Jangan membandingkannya dengan orang lain agar tidak kecewa dan mengecewakannya. Pun, tidak terobsesi untuk mengubah pasangannya sebagai kembaran dirinya karena kita menikah bukan dengan diri kita sendiri. Katakanlah sebagai motivasi dalam diri kita, “Meskipun ia … (bayangkan kekurangannya) tetapi ia… (hadirkan kelebihannya).”
Demikian rangkaian sesi Sekeluarga Menjemput Surga. Nantikan keseruan lainnya dalam sesi Kuliah Tematik yang pastinya lebih ciamik! 😉
Resume Studium Generale Sekolah MoMMee
Ahad, 14 Agustus 2016 | Gedung WAMY, Jagakarsa
Oleh Ustadz Satria Hadi Lubis & Ustadzah Kingkin Anida
Ditulis oleh Nesya Eka Putri~BoD MoMMee