
oleh: Kiki Mauludina
Buku yang kali ini mau kureview adalah buku ini, buku lama tapi rasa baru. dan ke depan akan review buku-buku lama rasa baru juga.. alias buku-buku yang belum rampung dibaca-baca atau bahkan belum dibaca sejak dibeli 😅
Buku ini ditulis oleh pak Muhammad Fauzil Adhim. Buku pertama beliau yang saya baca adalah buku Kado Pernikahan untuk Istriku. Buku yang saya baca beberapa saat sebelum melangsungkan pernikahan. Buku yang mengajarkan saya tentang pernikahan dalam Islam. tulisannya yang mengalir dan enak dibaca membuat buku-bukunya mudah dibaca. begitupun buku ini
Dibuku ini kita diingatkan lagi, apa niat kita dalam memiliki anak, apa tujuan kita dalam mendidik anak, alangkah sia-sia semua usaha yang kita lakukan bila tak ada orientasi akhirat di dalamnya. Karena semua usaha kerja keras akan berakhir ketika dunia berakhir, sedangkan fase akhirat lebih panjang dari dunia
Lalu bagaimana agar usaha kita tak sia-sia dalam mendidik anak?
yang pertama harus dilakukan adalah dengan membangun jiwa anak
membangun jiwa ini dilakukan sejak dalam buaian, kemudian terus berlangsung hingga anak dewasa dengan membangun kedekatan emosional yang menimbulkan rasa aman kepada anak. di kemudian hari hal ini akan membangun hal-hal positif pada anak seperti : penerimaan diri, harga diri, dan kepercayaan diri anak.
Salah satu yang merusak jiwa anak adalah ketika orangtua tidak mencontohkan qaulan sadidan. perkataan yang benar. hal ini membuat anak tidak percaya kepada orangtua dan sulit untuk menerima kata-kata orang tua baik itu merupakan nasihat tulus dan jujur
Kemudian orangtua juga harus menghormati hak-hak anak. Rasulullah mengajarkan kita untuk menghormati hak-hak anak. mungkin ini yang membuat anak-anak di masa Rasulullah mudah menerima kebenaran, ringan mendengarkan nasihat, dan ketika dewasa tidak sibuk mendahulukan hak
Anak-anak yang gersang jiwanya, tak tersentuh jiwanya, mereka merasa gerah justru dengan kehadiran orangtuanya di sekitarnya. kegagalan adalah ketika mereka dapat melebihi kehebatan orangtuanya tetapi jiwa mereka gersang dan hati mereka rapuh, sementara iman hampir-hampir tak dapat ditemukan bekasnya
Fauzil Adhim juga konsisnten menyentil tentang kecanduan anak pada televisi dan game pada anaknya, yang menjadi salah satu penyebab gersangnya jiwa
Lalu di bagian ketiga terdapat pesan untuk orangtua yaitu pertama agar orangtua selalu berusaha untuk berada di titik jernih, agar bisa memberikan respon kepada anak dengan usaha yang terbaik.
Terdapat kisah tentang pilih kasih seorang ayah kepada anak yang membuat anak itu sulit untuk datang ke rumah orangtuanya saat dewasa, walaupun ia sering mengunjungungi berbagai tempat di dunia. Karna ia tak punya rasa rindu pada ayahnya
Mungkin tak sadar kita telah mendurhakai Anak. jangan-jangan kita marah kepada mereka, padahal kitalah yang seseungguhnya berbuat durhaka kepada anak kita. Astagfirullahaladzim,,
Fauzil Adhim membahas tentang menghukum dengan kasih sayang. beliau bukan orang yang alergi dengan kata menghukum bagi anak. menurut beliau, marah bahkan punya landasan syari’i. yaitu memarahi dengan kondisi emosi yang terkontrol, jernih, dan tenang. sebagaimana yang diajarkan dalam perintah Jihad
Terdapat tehnis tentang marah apa yang buruk, dan bagaimana bila kita harus memarahi anak, cara bijak memarahi anak, serta pentingnya kedua orangtua senada dalam hal ini
Apa yang akan kita wariskan kepada anak-anak kita? apakah kita akan meninggalkan generasi yang lemah di belakang kita?
Masih banyak yang harus kita pelajari agar anak-anak kita memiliki takwa dan qaulan sadidan agar anak-anak kita menjadi generasi yang kuat, sebagaimana yang diajarkan oleh lukman dalam alquran
Membenahi iman kita, ilmu kita, juga amal-amal kita
Banyak orangtua yang berhasil mendidik anaknya bukan karena kepandaiannya mendidik anak, tetapi karena doa-doa mereka yang tulus. banyak orangtua yang cara mendidik salah jika ditinjau dari sudut pandang psikologi, tetapi anak-anaknya tumbuh menjadi penyejuk mata yang membawa kebaikan dikarenakan amat besarnya pengharapan orangtua