
MoMMee.org – Petang itu wajah suamiku pias. Ia terduduk di kursi tunggu sebuah RS. Tanganku menggamitnya mengajak pulang, namun ia mengajakku duduk sesaat.
“ini gimana, Dek?”
“gimana apa nya, Bang? ya kita serahkan semua sama Allah ya”
Kami menatap hasil tes darah yang baru dijalani putra kami, tadi.
Setelah pengobatan 10 hari yang kami jalani, plus makan kurma yang banyak, ternyata trombositnya tak juga mau beranjak naik. Alih alih naik, ia malah turun melesat nyaris menuju batas bawah rawat inap.
Kemungkinan hasil tes darah ini salah, agaknya kecil. Selain laboratorium yang kami yakini sudah terstandarisasi, petugas lab menyatakan sudah melakukan kroscek secara manual, dengan melihat kadar trombosit dalam darah melalui mikroskop. Dan hasilnya sesuai. “trombositnya sedikit bu,” ujarnya. “emangnya diagnosisnya apa bu?” selidiknya penasaran. Hehe.. mau tau aja apa mau tau banget?
“Badai besar hanya akan menggulung lautan,,
Ikan besar hanya didapat orang yang berjuang ke tengah samudera,,
Batu besar hanya untuk orang yang mau mendaki bebukitan,,
Tetap tersenyum dan semangat,,
Seberat apapun ujian yang menempa saat ini,
Yakinlah ia hanya lah cara Allah untuk mengubahmu jadi emas berkilau!”
-Ummu G-
Penyakit yang sulit dieja
Awalnya hanya demam hangat biasa, satu malam. Lalu muncul bintik merah di wajah dan di tubuh, samar samar. Karena pernah mengalami HFMD atau flu singapur sebelumnya, saya menebak ini sakit yang sama. Insyaallah dengan menguatkan daya tahan, sakit karena virus ini bisa sembuh sendiri. Makan banyak, istirahat cukup, dilakoni. G pun masih beraktivitas aktif seperti biasa. Namun yang agak mengherankan, sedikit garukan di matanya menimbulkan darah yang tak kunjung mengering. Aktivitas ala Ninja Warrior pun meninggalkan lebam lebam di tubuh, olala.. kapan kejedotnya? Mungkin pas salto. Kejedot dikit kok sampai biru biru begini ya.. 😀
G pun tak mau sikat gigi. Ia menolak dan menangis keras ketika diminta membuka mulut. Hmm..kok giginya cokelat ya.. lidahnya ada bintik bintik merah. Oke mungkin benar HFMD. Alhamdulillah dia makan masih lahap. Orang tua kami sudah meminta kami membawanya ke dokter, namun masih kami tahan tahan. Insyaallah self limiting disease, virus biasa, sembuh sendiri. Begitu aku dan suami sepakat. Bintik bintik sudah seminggu dan hampir hilang, pikir kami.
Sampai suatu hari, bunda mertua meminta kami mengajak G ke dokter. Untuk ke sekian kalinya. Setelah seminggu bintik merah, demam 1 hari dan batuk yang mulai ikut menyertai, kami menyerah. Ditambah lagi dua hari terakhir lendir hidungnya mulai menunjukkan semburat merah darah.
Kami mengira hari itu adalah hari konsultasi biasa. Dokter pun hanya ‘meresepkan’ makan dan minum yang banyak mengandung vitamin, istirahat cukup. Namun Ternyata,,, Jreng jreeng.(*)
[bersambung ke Part 2]