
MoMMee.org – Anak adalah amanah yang Allah berikan kepada siapapun dan kapan pun sesuai kehendak-Nya. Amanah yang berharga ini tentu perlu pemeliharaan yang sungguh-sungguh, terlebih lagi di tengah terpaan beragam fitnah akhir zaman saat ini. Sungguh, tidak ada pemeliharaan terbaik selain dari-Nya, Maha Pemelihara, Allah ta’ala yang telah menjanjikan keselamatan yang berlaku selamanya kepada mereka yang berpegang teguh pada Al Qur’an dan sunnah.
Para bunda shalihat, pantaslah Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan bahwa aktivitas terbaik mengisi kehidupan ini adalah belajar dan mengajarkan Al Qur’an. Karena dengannya, menurut Sayyid Quthb, akan selalu mengingatkan pembacanya pada hari akhir sehingga hatinya menjadi lembut. Maka pertanyaannya, dimanakah kini kita meletakkan Al Qur’an pada hati dan jiwa kita maupun anak-anak kita tercinta?
Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa mempelajari Al Qur’an pada usia kecil, Allah akan mencampurkan dengan daging dan darahnya.” (HR. Bukhari).
Ustadzah Wirianingsih pernah mengatakan bahwa ketika anak-anak kita dipenuhi hatinya dengan Al Qur’an, maka pondasi kehidupannya telah terbentuk walaupun mereka belum diperkenalkan dengan apapun. Itulah mengapa kita dapati betapa ulama terdahulu rahimahumullah rata-rata sudah menyelesaikan hafalan Al Qur’annya sebelum usia 7 tahun. Dan yang paling utama, kata Imam Nawawi rahimahullah, adalah menghafal Al Qur’an karena ia adalah ilmu terpenting, bahkan para salaf tidak mengajarkan Al Hadits dan Fikih kecuali bagi siapa yang telah menghafal Al Qur’an. Mengapa indikatornya menghafal? Karena pada periode emas di usia dini, anak mampu menyerap beragam kata dan informasi baru, karena menghafal adalah tahapan yang lebih awal sebelum menganalisa kemudian.
Pentingnya Berinteraksi
Kemampuan menghafal dan membaca Al Qur’an setiap anak memang berbeda. Keduanya merupakan buah dari interaksi yang intens, walaupun bukan merupakan tujuan utama kita. Hasil yang kita harapkan dari ikhtiar interaksi ini adalah untuk menjaga fitrah dalam jiwanya, menyuburkan ketaqwaannya, dan menetapkan pijaknya di atas petunjuk yang lurus. Tentu hal ini sulit terbina tanpa kecintaannya pada Allah dan kalam-Nya. Dan cinta itu dapat tumbuh dari kebiasaan berinteraksi dengannya secara konsisten dan berkesinambungan.
Apa Saja yang Dibutuhkan?
- Rumah yang sejuk bagi jiwa dan raga penghuninya, dimana di dalamnya senantiasa dihidupkan ayat-ayat Al Qur’an.
- Pendidik yang menjadi teladan. Ketika kita mengajarkan Al Qur’an, sejatinya kita sedang menjelaskan ayat-ayat kauniyah lewat sikap keseharian kita dan ayat-ayat kauliyah yang kita bacakan dari kitab-Nya, keduanya secara terintegrasi.
- Memperkuat hubungan kita dengan Allah yang menguasai seluruh ilmu.
- Menyesuaikan usia dan kemampuan anak dalam berinteraksi dengan Al Qur’an.
- Membuat variasi metode pengajaran.
- Mengungkapan rasa cinta pada anak di berbagai kesempatan.
- Memperbanyak dialog dan bercerita yang menumbuhkan kecintaan pada Allah dan Al Qur’an.
- Memilih waktu khusus bersama Al Qur’an. Sebaiknya hindari saat dimana anak sakit, kurang tidur, setelah makan besar, lelah, kondisi psikis kurang baik, dan ketika hubungan ortu-anak sedang berselisih.
Interaksi pada anak usia 0-2 tahun
- Memberikan keteladanan dengan menunjukan rutinitas ayah dan bunda yang berinteraksi dengan Al Qur’an.
- Memperdengarkan Al Qur’an pada berbagai kesempatan, terutama saat bunda sedang menyusui karena bukan hanya raganya yang haus, tapi jiwanya juga.
- Menunjukkan cara memuliakan Al Qur’an dengan cara menyentuhnya dengan penghormatan dan sopan, meletakkannya pada tempat yang tinggi dan mulia, dsb.
Interaksi pada anak usia 3-5 tahun
- Menceritakan kisah-kisah pada Al Qur’an.
- Bersabar menghadapi sikap anak dan menunda hingga ia siap jika masih menolak.
- Kreatif dalam mengajarkan Al Qur’an.
- Menjaga perbedaan karakter setiap anak.
- Mengapresiasi, memberi reward atas usaha maupun keberhasilan ia dalam berinteraksi dengan Al Qur’an. Apresiasi ini usahakan lebih besar dibanding keberhasilan ia di bidang lainnya.
- Membuat jargon untuk mengkondisikan anak. Misalnya, aku cinta Al Qur’an, anak sholih suka membaca Al Qur’an, dsb.
Semoga sedikit rangkuman hasil diskusi kuliah whatsapp dari grup Mommee 3 bersama Juditha Elfaj – ibu dari Haniah (4th) yang masih menyelesaikan hafalan juz 29 dan Wafa (2th) yang sudah masuk iqra 2 – bisa membantu para bunda shalihat dalam meningkatkan pondasi keimanan anak-anak kita dengan Al Qur’an. Aamiin.. (*)