
MoMMee.org – Menghadapi anak sakit seringkali menimbulkan kepanikan tersendiri ya, Ummis. Tak terkecuali saya, yang baru memiliki 1 putri serta tidak memiliki latar belakang kesehatan sama sekali. Putri saya, Farah, semenjak lahirnya sampai sekarang berusia 1 tahun 20 bulan, punya riwayat mengalami panas tinggi (hingga 40 derajat celcius), demam yang diikuti bintik merah (roseola), dan penyakit langganan semacam demam karena radang ataupun batuk-pilek. Kalau sudah sakit, kadang rasio jadi tak berjalan. Maklumlah, perempuan memang lebih sering disetir oleh emosi ketimbang logikanya. Yang terjadi kemudian adalah panik, bingung atau kalut. Syukurnya, keberadaan suami bagi saya sangat membantu ketika anak sedang sakit. Minimal kita punya teman ketika perasaan sedang tak karuan saat melihat anak tergolek lemah.
Masalahnya, bagaimana kalau kita seorang diri saja menghadapinya? Saya pernah mengalaminya ketika suami sedang pergi ke luar kota untuk urusan pekerjaan. Pas sekali Farah jatuh sakit. Putri saya yang berumur 1 tahun 4 bulan ini ketika itu terserang pilek parah, sampai hidungnya tersumbat. Ia tertidur dengan nafas tersengal seperti orang asma. Dan kabar buruknya, tidak ada orang lain di rumah kecuali hanya kami berdua. Rasa cemas otomatis menjalar ke seluruh peredaran darah saya. Sendirian, anak sakit, sudah malam pula. Tapi Alhamdulillah saya masih bisa mengontrol diri. Saya tak ingin mengabari suami dengan berita yang membuatnya gelisah di tengah kesibukannya bekerja. Jadi saya berusaha tetap tenang, beberapa kali menarik nafas panjang untuk membuat psikis lebih rileks, sambil menyebut asma Allah berulang-ulang. It works!
Sementara Farah tertidur, saya menyalakan laptop. Teman-teman dokter yang saya kenal mungkin sudah tidur dan saya segan sekali mengganggu mereka untuk konsultasi. Jadi saya berusaha mencari info sendiri dulu daripada tersedot kepanikan. Alhamdulillah, tak berapa lama informasi tentang nafas tersumbat pada anak sudah saya dapatkan di blog dr.Wati, salah satu pengasuh milis sehat. Rupanya tidak ada obat khusus untuk penyakit batuk-pilek, karena ia termasuk Self Limiting Disease, atau penyakit yang akan sembuh dengan sendirinya dan hampir tidak membutuhkan intervensi medis. Cukup dengan home treatment seperti memberikan cairan yang banyak (asi, air putih hangat, jus, kuah sop dll), melembabkan kamar dan mengalasi kepalanya dengan bantal ketika tidur. Akhirnya saya bisa sedikit lega malam itu. Ibu mana yang tega menyaksikan anaknya kesulitan menelan ASI karena pernafasannya tersumbat? Rupanya sesimpel itu solusinya : meletakkan kepala anak lebih tinggi dari tenggorokannya. Dan Farah pun bisa mimik ASI dan tidur dengan lebih nyaman.
So, Ummis shalihah, dari pengalaman ini saya ingin merangkumkan beberapa tips menghadapi anak sakit, supaya Anda bisa melewatinya dengan lebih baik jika harus mengalaminya. Yuk, disimak! Ketika anak sakit :
1. Tetap tenang. Dengan sikap tenang, kita akan bisa berpikir jernih sehingga bijak mengambil tindakan. Berdzikir, menarik nafas dalam dan menghelanya perlahan selama beberapa kali, atau berwudhu dan sholat, adalah beberapa cara ampuh untuk membuat diri kita lebih tenang.
2. Cari informasi yang valid. Pengetahuan yang benar rupanya sangat membantu saya untuk bersikap dengan tepat. Jika ada anggota keluarga yang sakit, saya biasanya mengandalkan informasi yang saya browsing di milis sehat atau milis asiforbaby. Milis ini, selain berisi awam, juga berisi ahli yang mengutamakan penggunaan obat secara rasional, sesuatu yang ternyata tidak semua dokter/tenaga kesehatan melakukannya. Info yang saya ambil tentulah yang disampaikan oleh expert dan jika perlu, mencari informasi pembanding sebagai second opinion.
3. Pahami gejala/penyakit anak dan tata laksananya. Tidak semua demam perlu disikapi dengan pergi ke dokter secepatnya. Sebagaimana pula sebaliknya, kita perlu waspada ketika anak yang biasanya lincah dan ceria, tiba-tiba lemas tak berdaya walau tubuhnya tidak demam sama sekali. Ini menunjukkan betapa pentingnya kita mengetahui apa dan bagaimana penyakit itu menyerang tubuh. Seminimal-minimalnya, kita tahu harus berbuat apa saat anak kita terkena penyakit tertentu. Tidak serta-merta panik ketika sakit menyerang, atau ujug-ujug membawanya ke rumah sakit jika memang tidak perlu. Ibaratnya, sebelum mengobati tanaman padi yang terserang hama, kita perlu tahu apa dan bagaimana kerusakan yang disebabkan hama tersebut, apa nama/jenis hama itu, dan bagaimana mengatasinya. Ohya, pengetahuan tentang penyakit dan tata laksananya ini sangat baik kita miliki sebelum kita mengalaminya, lho. Jadi, memperbanyak bacaan dan informasi pastilah merupakan investasi yang sangat berharga.
4. Minta bantuan orang terdekat jika perlu Orang terdekat bisa saja tetangga kita, orangtua, adik/kakak, atau sahabat. Barangkali ada saat dimana kita tak bisa menghadapi anak sakit sendirian dan butuh bantuan mereka. Pastikan saja akses ke bala bantuan ini tidak mengalami kendala supaya pertolongan bisa dengan cepat berdatangan. 5. Banyak berdoa. Dalam posisi lemah seringkali ketergantungan kita kepada Allah kian besar. Di saat itulah doa-doa yang kita lantunkan akan semakin terasa bermakna dan menjadi kekuatan tersendiri di saat kekalutan menerpa.
So, Ummis, jangan lupa berdoa ya. Oke, demikian sharing saya ketika sendirian menghadapi anak yang sakit. Jika kita sudah memiliki pengetahuan, insya Allah kita akan lebih siap menjalaninya.
Get ready, moms! 😉