
MoMMee.org – Bismillah…
Alhamdulillah saat ini jilbab sudah banyak digunakan oleh para muslimah tanah air. Mulai dari anak sekolah sampai mahasiswi perkuliahan, ibu rumah tangga juga pegawai kantoran. Tidak seperti zaman awal kemerdekaan, bahkan hingga tahun 90-an, yang sangat jarang dapat ditemukan muslimah yang berjilbab. Bahkan di masa itu, seorang anak sekolah yang bersikeras untuk memakai jilbab di sekolahnya diancam akan dikeluarkan dari sekolah oleh pihak sekolah. Hanya untuk membuat foto kelulusan sekolah pun, pihak yang berkuasa tetap beralasan harus melepas jilbab. Innalillah.. Tapi demikianlah sebuah perjuangan, jika tidak dimulai oleh para pendahulu kita, mungkin hingga saat ini jilbab masih asing terlihat oleh kita.
Perintah Allah SWT tentang jilbab yang termuat di Al Quran“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Ahzaab, ayat 59)
Dari ayat tersebut, jelaslah perintah Allah, kepada para muslimah untuk menggunakan jilbab. Salah satu tujuannya adalah sebagai identitas muslimah, sehingga meskipun kita belum saling mengenal nama, tapi ketika kita melihat seorang wanita berjilbab, yakinlah kita bahwa dia adalah seorang muslimah.
Sebuah dialog bersama seorang teman SMA yang beragama lain.. di sebuah siang cerah di sekolah.. namun terdengar seperti sebuah gemuruh badai di hati ini.. Sebuah dialog yang terus akan saya kenang, mungkin selamanya..
Saat mendapat pertanyaan seperti itu, saya bingung luar biasa. Di satu sisi, saya tidak ingin agama ini dianggap remeh, yang perintahnya tidak diindahkan oleh pemeluknya sendiri. Di sisi yang lain, saat itu pun saya belum memakai jilbab. Haloo.. kemana aja saya selama ini.. Pertanyaan itu terus berputar di kepala, hingga akhirnya Allah SWT memudahkan saya untuk menjemput hidayah-Nya. Alhamdulillah, dalam tahun itu juga saya membulatkan tekad untuk berjilbab.
Betul bahwa kewajiban seorang muslim (termasuk kewajiban berjilbab) akan mulai diminta pertanggung jawaban nya ketika ia sudah baligh. Tapi apakah semua muslim sudah “siap” otomatis saat dia baligh? Lalu apa yang membuat seorang muslimah “siap” berjilbab?
Sebagai seorang muslimah yang lahir dari keluarga muslim, dan berteman dengan beragam keyakinan, saya sendiri merasakan bahwa kesiapan itu harus dibangun, dibentuk, dan dibiasakan. Walaupun keluarga saya muslim, tapi saat itu masih banyak yang belum berjilbab, dan terlihat terlalu ekstrim sepertinya untuk memakai jilbab. Akhirnya sejak kecil pun saya tidak dibiasakan untuk memakai jilbab dalam keseharian. Jilbab hanya saya pakai untuk pergi mengaji ke TPA (Taman Pendidikan Alquran) saat masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Sampai-sampai, jilbab TPA saya itu pula lah jilbab pertama saya (saat SMA), ketika saya sudah berazam untuk mulai berjilbab untuk selamanya, insyaAllah.
Untuk berjilbab dalam keseharian agak aneh rasanya. Hal yang sepertinya juga dirasakan oleh banyak muslimah lainnya. Kesulitan untuk mengubah sebuah kebiasaan. Rasanya sudah biasa melihat wanita tanpa jilbab, sehingga juga beranggapan tanpa jilbab pun sudah sopan. Sebuah dilema bagi saya yang selalu menghalangi saya untuk mulai berjilbab saat itu. Kelihatannya sederhana, biasa, remeh, tapi sebenarnya berat akibatnya. Di dunia belum berjilbab, bagaimana nasib di akhirat nanti?
Hadits Nabi tentang jilbab
Di dalam hadits nya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan tentang sifat wanita penduduk neraka, beliau bersabda :
“ … dan wanita-wanita yang berpakaian tetapi hakikatnya mereka telanjang, melenggak-lenggokkan kepala mereka karena sombong dan berpaling dari ketaatan kepada Allah dan suaminya, kepala mereka seakan-akan seperti punuk onta. Mereka tidak masuk Surga dan tidak mendapatkan wanginya Surga padahal wanginya bisa didapati dari jarak perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim dan Ahmad dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu)
Melalui tulisan ini, saya berharap akan lebih banyak lagi ibu-ibu muslimah yang juga mulai memakaikan pakaian takwa pada putrinya sejak dini. Membiasakan para bidadari kecil itu berjilbab, sehingga kelak dialah yang pertama mensyiarkan jilbab kepada teman-teman muslimah nya. Memberikan nya pemahaman tentang menutup aurat, dan keutamaan berjilbab, hingga pemahaman tentang muhrim dan bukan muhrim. MasyaaAllah.. Semangat dear ummahat sholihah.(*)