
MoMMee.org – (Inspirasi Kajian tentang metode Berkisah untuk Anak Usia Dini oleh ustadz Ilham Sembodo)
Senyap.
Itu reaksi yang nampak dari Umar, ketuka saya ketika ibunya bercerita ‘tanpa jiwa’, ketika yang dilakukannya tak lebih dari membaca narasi tak berjeda. Ketika yang terjadi demikian, meski ia mendengar, tetapi kisah kisah itu tak membekas pada jiwanya. Tak memberi pengaruh pada akhlaknya.
Di awal-awal mulai memilih berkisah sebagai sarana pendidikan iman, adab dan akhlaq, saya tak punya bayangan harus memulai dari kisah yang mana, seberapa panjang alur kisah dapat disampaikan, dan tak peka memilih mana segmen cerita yang perlu dikisahkan atau mana yang perlu ditunda.
Seringkali juga saya kebingungan untuk mencari poin hikmah yang ingin saya tekankan penyampaiannya. Yang lambat laun saya sadari, bukan karena saya tak paham dan tah hafal kisah itu, lebih karena saya belum menjiwainya. Lantas merutuki diri saya dalam-dalam, bagaimana saya berhak berharap kisah itu membekas di jiwa anak, jika tak lebih dulu ia mengubah jiwa saya.
Perlahan saya sadari kisah kisah itu bukan sekedar rentetan kata dan alur yang bisa dibacakan, ia akan menggerakkan jiwa hanya jika membawa energi dari yang menyampaikannya. Maka dari itu, perubahan pertama adalah pada diri orangtua, sang juru kisahnya.
Qadarullah, Allah memberi rizki lewat seorang teman yang memfasilitasi kuliah singkat tentang metode penyampaian kisah pada anak-anak. Khususnya anak usia dini. Silaturrahim memang membuka pintu rizki, termasuk rizki ilmu!
Selanjutnya, di bawah ini adalah poin-poin teknis tentang apa-apa yang perlu dilakukan sebelum memulai berkisah untuk anak yang disampaikan oleh ustadz Ilham Sembodo dalam Kelas Pelatihan Guru Qur’an di Madrasah Quran Ibnu Hajar.
—————————-
0⃣ Pertama-tama, beliau mengajak untuk menyamakan persepsi tentang tujuan berkisah.
Bukan untuk ‘menghibur!
Kisah disampaikan untuk mendidik, untuk MENGAGUNGKAN sosok NABI MUHAMMAD SAW, sehingga ia paham siapa sosok yang selayaknya ia kagumi.
Dan kekaguman ini akan tertanam sebagai fondasi awal, agar nantinya ia tak mudah kagum pada tokoh-tokoh yang tidak ada apa-apanya dibandingkan nabinya, terlebih tokoh fiktif yang tidak pernah ada di dunia nyata.
Gol berkisah bukanlah tentang bagaimana membuat anak tertawa!
Melainkan tentang bagaimana setelah mendengar kisah tersebut, anak mampu mendapatkan gambaran dan orientasi tentang masa depannya, tentang hal hal besar yang ingin dicapainya.
Maka dari itu, menyampaikan kisah lebih dari sekedar membaca narasi, bukan pula membuat anak hafalan nama tokoh atau urutan kisah sejarah, tetapi juga hikmah dan nilai dibalik kisah tersebut, serta pembelajaran iman dan akhlak di dalamnya.
1⃣ ORTU wajib BACA!
Sebelum mampu memilah kisah mana yang akan diceritakan lebih dulu untuk anak kita, maka orangtua perlu memperkaya wawasannya dengan database kisah kisah berkualitas yang mumpuni. Dan sang ustadz memprioritaskan kisah-kisah nabi, sahabat, dan orang orang shalih yang bisa ditelusuri kebenarannya dalam al qur’an maupun hadits.
REKOMENDASI :
Dibawah ini beberapa rekomendasi buku yang menjadi referensi orangtua untuk mengambil sumber kisah :
– Hikmah Kisah-Kisah Dalam Al quran jilid 1-2, DR. Abdul Karim Zaidan
– As Sama’il Muhammadiyah, Imam Tirmidzi (ada Ebook PDF di google)
– Rahiqul Makhtum, Shafiyurrahman Mubarakfuri
– Kisah Ibnu Batutah
2⃣ Memilih kisah.
🍃 Bagaimana urutan prioritas pemilihan kisah ?
1. Kisah Para nabi & kisah dalam Alquran
2. Kisah Hidup nabi Muhammad
(Untuk anak usia dini, cukup sampai beliau digelari Al Amin)
3. Kisah 4 khalifah + khalifah Umar bin Abdul Aziz
4. Kisah Peradaban Islam (musthafa Asy Syiba’i, Asy Syaukani)
5. Kisah tentang Ayah, kebaikannya, perjuangannya, dan nasabnya
6. Kisah kisah pengalaman diri kita yang bisa diteladani
🍃 Awali dengan kisah yang jarang didengar Anak.
Hindari pengulangan fragmen kisah yang sama. Misalnya kisah penyembelihan nabi Ismail, yang awalnya terdengar menarik, mungkin menjadi membosankan bagi anak jika disampaikan berulang kali.
Pun kita perlu mengambil nilai/hikmah dari kisah yang sama, usahakan mengambil sudut pandang yang berbeda dari kisah tersebut.
🍃 Jangan terjebak pada Narasi
Walaupun idealnya orangtua berharap anak akan memahami keseluruhan jalan cerita dari tokoh yang disampaikan, kenyataannya fokus dan daya tangkap anak masih terbatas.
Dan untuk mengupayakan agar poin utama dari kisah yang diterima dengan efektif oleh anak, bisa memenggalnya ke dalam fragmen kecil yang alurnya sederhana dan bisa dipahami anak.
Anak belum perlu mengetahui keseluruhan kisah hidup tokoh, atau keseluruhan alur sejarah. Karena goal dari berkisah pada anak usia dini adalah penanaman adab dan akhlak, serta menumbuhkan kecintaan terhadap baginda Rasulullah SAW.
Dan agar anak mampun mencerna pesan utama dari kisah yang disampaikan, informasinyang diberikan jangan sampai terkalu banyak, sehingga mengaburkan pesan intiny. baiknya orangtua betul betul selektif memilih potongan kisah yang disampaikan.
Misalnya untuk anak usia dini, untuk mengenal rasulullah cukuplah ia dikisahakan kehidupan rasul selama di bani saad; atau interaksi rasulullah dan kanak kanak dalam mengajarkan adab mereka.
3⃣ Kisah harus berhasil membangkitkan Kekaguman pada Nabi Muhammad
Dalam menumbuhkan kekaguman, penting untuk ‘menghadirkan’ rasulullah dalam keseharian anak, mengaitkan aktivitas keseharian rasul dengan kegiatan mereka ; mulai dari bagaimana beliau memulai hari, cara beliau makan, kebaikan pada sesamanya, bagaimana beliau mandi dan tidur di awal malam.
Bisa juga memanfaatkan momen ketika anak mengagumi sesuatu, sampaikan padanya bahwa apa yang dikaguminya ada pada diri rasulullah. Di sisi lain, ketika anak merasa marah atas gangguan orang lain, ingin membalas, menangis dsb; ibu bisa mengingtkannya tentang kisah bagaimana derita nabi muhammad dan bagaimana ia memaafkan.
Tapi jangan muluk berharap anak akan langsung berakhlak baik dan memaafkan, anak butuh proses untuk belajar meregulasi emosinya 😄.
Target mengingatkannya akan rasul adalah membuatnya mengerti, bahwa sebaik-baik sikap menghadapi gangguan adalah dengan bersabar dan memaafkan, atau jika tidak bisa, hindari lingkungan/orang yang mengganggu (bisa dikaitkan dengan konsep hijrah ketika disakiti)
4⃣ Kisah sebagai isnpirasi pendidikan adab Anak
Ustadz Ilham juga menyampaikan, bahwa berkisah juga bisa dilakukan secara tematik, sesuai kondisi dan permasalahan anak yang aktual pada saat itu. Misal ketika menghadapi anak yang berbohong/mencuri, cobalah temukan kisah tentang bagaimana nabi menghadapi anak yang berbohong/mencuri, mencari inspirasi bagaimana dialog yang tepat untuk dilakukan sesuai tahapan perkembangan anak.
Jika anak berulah atau kurang baik adabnya terhadap orangtua, coba sampaikan kisah kisah tentnag keutamaan birrul walidain. Kisah nabi Musa A.S dan khidr untuk mendidik anak beradab terhadap gurunya, kisah nabi Adam A.S untuk mengingatkan anak agar tidak mudah tergoda/ikutan-ikutan hal yang buruk yang datangnya dari syaitan.
Intinya, sampaikan kisah sesuai kebutuhan anak. Sebagaimana Allah menyampaikan kisah demi kisah dalam al quran secara bertahap.(*)