
Ya, mumpung masih bulan agustus, saya mau bincang-bincang soal merdeka..
Bicara soal merdeka, saya langsung terpikir ke masa awal islam dimana banyak orang merasakan kemerdekaan dari munculnya Islam
Orang yang tertindas sangat kagum akan suatu nilai yang sangat aneh dimasa itu. Bahwa ternyata mereka berharga di mata Allah.. di tengah labelling atas ketidakberhargaan mereka dalam kehidupan sehari-hari mereka. Mekkah kala itu berada pada suatu kondisi moral terburuk dimana budak begitu tak dihargai, orang miskin tak dipandang sebelah matapun. Ternyata yang paling mulia disisi Allah adalah orang yang bertakwa, Sebagaimana tercantum di surat al hujurat ayat 13.
Mereka merdeka dari kungkungan ketidakberdayaan, kelemahan, karna muncul harapan untuk menjadi orang mulia di sisi Allah yang tidak mengharuskan memiliki harta ataupun kekuasaan yang saat itu mustahil mereka miliki. Atas kemerdekaan itu, mereka membayarnya dengan berusaha menjadi orang yang bertakwa kepada Allah, tujuan hidup mereka yang baru, harapan baru.
Orang berada dan terhormat yang memasuki islam pada awal mula kenabian Rasulullah, merasakan nikmatnya keluar dari kejahiliyan secara total. Abu bakar yang sangat baik menyambut Islam dengan penuh suka cita. Beliau terbebas dari kungkungan adat kejahiliyah secara penuh yang memang amat mengganggunya. Atas nikmatnya kemerdekaan keimanan ini, ia mengajak Ustman untuk merasakan manisnya iman.
Jadi Islam membawa kemerdekaan hakiki yang melepaskan manusia dari segala ikatan jahiliyah yang terbukti membawa manusia berada pada tingkat terendahnya, mungkin lebih rendah dari binatang.
Kemerdekaan ini berubah menjadi suatu bentuk kepercayaan diri yang membawa masing-masing individunya berusaha menjadi lebih baik agar dapat menjadi orang terbaik di sisi Allah. Yaitu menjadi orang yang bertakwa
Kepercayaan diri ini dibangun bukan diatas kelemahan orang lain, sebagaimana jamak kita lihat, banyak orang lain yang membangun percaya diri pada dirinya atas kelemahan orang lain.
Misalnya kita lihat anak kita yang berumur 5 tahun sudah pandai baca iqro 3, teman sebayanya belum lulus-lulus dari iqro 1, maka kita katakan kepada anak kita “Pandainya kamu, nak. Lihat ! temanmu si A belum lulus-lulus dari iqro 1”. Kepercayaan diri semacam itu menurut Fauzil adhim masihlah berupa kepercayaan diri yang membangun mental rendah diri kolektif dan hanya membangkitkan semangat agar tidak kalah
Kepercayaan diri yang mengandung kemerdekaan hakiki adalah kepercayaan diri yang hadir atas kesadaran akan persamaan hakiki karena iman yang datang dari Allah. Kepercayaan diri yang membangkitkan kesadaran sebagai manusia pilihan yang mengemban misi besar dalam hidup.
Semoga kita dapat membimbing anak-anak kita agar dapat mendapatkan kemerdekaan hakiki yang telah Allah hadiahkan kepada seluruh umat manusia, tanpa harus merendahkan manusia lain. aamiin